AGEN PENYAKIT
METERI
RESPONSI
NAMA : IDA
MAHFIROH
NIM :
25010112120057
KELAS : A
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS
DIPONEGORO
2012
1.
Yeast Cell (
Khamir )
a. Morfologi
Khamir
mempunyai sel yang lebih besar daripada kebanyakan bakteri, tetapi khamir yang
paling kecil tidak sebesar bakteri yang terbesar. Khamir sangat beragam
ukurannya,berkisar antara 1-5 μm lebarnya dan panjangnya dari 5-30 μm atau
lebih. Biasanya berbentuk telur,tetapi beberapa ada yang memanjang atau
berbentuk bola. Setiap spesies mempunyai bentuk yang khas, namun sekalipun
dalam biakan murni terdapat variasi yang luas dalam hal ukuran dan bentuk.
Sel-sel individu, tergantung kepada umur dan lingkungannya. Khamir tidak
dilengkapi flagellum atau organ-organ penggerak lainnya. Khamir
(Ragi/Yeast) ukurannya mikroskopik, seluler, dan berkembangbiak dengan
membentuk budding (seperti koloni kalau pada bakteri) Contoh: Candida albicans
(penyebab keputihan). ( Singgih, 2000 )
Gambar 2.3. Yeast Cell ( Khamir ). (Prianto, 2006 )
b. Penyebab Penyakit
Penyebab penyakit keputihan pada wanita, yang ditandai
dengan munculnya bau tidak sedap, gatal – gatal serta banyaknya lendir pada
daerah kewanitaan. ( Singgih, 2000 )
2.
Penicillium
a. Pengertian
Penicillium adalah genus jamur ascomycetous
major pentingnya dalam lingkungan alam serta produksi makanan dan obat yang
membunuh atau menghentikan pertumbuhan beberapa jenis bakteri di dalam tubuh.
(Prianto,2006 )
b. Distribusi Geografik
Spesies Penicillium adalah jamur tanah di
mana-mana lebih suka iklim dingin dan moderat, biasanya hadir dimanapun bahan
organik yang tersedia. Spesies Penicillium
yang hadir di udara dan debu dari lingkungan dalam ruangan, seperti rumah-rumah
dan bangunan umum. ( Indrawati, 2000 )
c. Morfologi
Ciri-ciri spesifik Penicillium adalah sebagai berikut :
1.
Hifa septat, miselium bercabang, biasanya tidak berwarna.
2.
Konidiofora septat dan muncul di atas permukaan, berasal dari hifa di bawah
permukaan, bercabang atau tidak bercabang.
3. Kepala yang membawa
spora berbentuk seperti sapu, dengan sterigmata atau fialida muncul dalam
kelompok.
4. Konidia membentuk
rantai karena muncul satu per satu dari sterigmata.
5. Konidia pada waktu
masiuh muda berwarna hijau, kemudian berubah menjadi kebiruan atau kecoklatan
6. berbentuk seperti
jari – jari. ( Indrawati, 2000 )
Gambar 2.4. Penicillium ( Prianto, 2006 )
d. Penyebab Penyakit
Beberapa
spesies diketahui patogen pada hewan, seperti P. corylophilum, P. fellutanum, P. implicatum, P. janthinellum, P.
viridicatum, dan P. waksmanii adalah patogen potensial nyamuk, P. marneffei, yang menyebabkan kematian pada
tikus bambu Vietnam, telah menjadi umum Infeksi oportunistik Odha di Asia
Tenggara. ( Richard, 2000 )
3.
Aspergillus spp
a. Distribusi Geografik
Spesies
Aspergillus sangat aerobik dan ditemukan di hampir semua kaya oksigen
lingkungan, di mana mereka biasanya tumbuh sebagai cetakan pada permukaan
substrat, sebagai akibat dari tekanan oksigen yang tinggi., dan tumbuh di dalam
atau di banyak tanaman dan pohon-pohon.
b. Morfologi
Tubuh atau
talus suatu kapang pada dasarnya terdiri dari 2 bagian miselium dan spora (sel
resisten, istirahat atau dorman). Miselium merupakan kumpulan beberapa filamen
yang dinamakan hifa. Setiap hifa lebarnya 5-10 μm, dibandingkan dengan sel
bakteri yang biasanya berdiameter 1 μm. Disepanjang setiap hifa terdapat
sitoplasma bersama. Kapang (Mould) secara ukuran sudah
mikroskopik, namun masih terlihat mata terutama karena serabut-serabutnya
(hifa). Perkembangbiakan dengan menggunakan hifa. ( Adiguna, 2000 )
Gambar 2.5. Aspergillus ( Prianto,2006)
c.
Penyebab
Penyakit
Bagi manusia
ada berbagai penyakit seperti infeksi pada telinga eksternal, lesi kulit, dan
bisul digolongkan sebagai mycetomas. Aspergillus spp menyebabkan penyakit pada
tanaman biji-bijian, terutama jagung dan mikotoksin mensintesis termasuk
aflatoksin. (Siregar,
2009 )
4. Mucor
a. Pengertian
Mucor
adalah genus mikroba dari sekitar 3000 spesies cetakan umumnya ditemukan di
tanah, sistem pencernaan, permukaan tanaman, dan materi sayuran busuk. ( Adam,
1998 )
b. Morfologi
Koloni
jamur genus ini biasanya berwarna putih krem atau abu-abu dan tumbuh cepat.
Koloni pada medium kultur dapat tumbuh beberapa sentimeter tingginya. Koloni
yang lebih tua menjadi abu-abu dalam warna coklat karena perkembangan spora. (
Mitcheli, 1998 )
Spora
Mucor atau sporangiospores bisa
sederhana atau bercabang dan membentuk apikal, sporangia globular yang didukung
dan diangkat oleh columella kolom berbentuk. Spesies Mucor dapat dibedakan dari
cetakan dari Absidia genera, Rhizomucor, dan Rhizopus oleh bentuk dan
penyisipan columella, dan kurangnya rhizoids. Beberapa spesies Mucor menghasilkan chlamydospores. (
Adam, 1998 )
Gambar 2.6. Mucor ( Prianto,2006 )
c.
Penyebab
Penyakit
Menyebabkan
keracunan jika dimakan atau digunakan.
Sebagian besar spesies dari Mucor tidak dapat menginfeksi manusia dan
hewan endotermik karena ketidakmampuan mereka untuk tumbuh di lingkungan yang
hangat mendekati 37 derajat Celcius. Spesies tahan panas seperti Mucor indicus kadang-kadang menyebabkan
oportunistik, dan sering menyebar dengan cepat, necrotizing infeksi yang
dikenal sebagai zygomycosis. ( Adam, 1998 )
5.
Bacillus
spp
a. Pengertian
Bacillus
merupakan bakteri pembentuk spora yang tergolong dalam famili Bacillaceae,.
Bakteri ini bersifat aerobik sampai anaerobik fakultatif, katalase positif, dan
kebanyakan bersifat gram positif, hanya beberapa bersifat gram variabel. Bentuk
spora yang diproduksi oleh Bacillus bermacam-macam,
tergantung dari spesiesnya. ( Robert, 2002 )
b. Distribusi Geografik
Spesies
dari jenis Bacillus juga berbeda-beda
dalam sifat pertumbuhannya. Beberapa bersifat mesofilik, misalnya B. subtilis, yang lainnya bersifat termofilik
fakultataif misalnya B. coagulans,
atau termofilik misalnya B.
stearothermophilus. Biasanya berkembang biak pada makanan. ( Prianto, 2006
)
c. Morfologi
Bacillus merupakan genus dari Gram-positif,
berbentuk batang bakteri dan anggota dari filum Firmicutes. Spesies Bacillus dapat aerob obligat atau
anaerob fakultatif, dan menguji positif untuk enzim katalase . Ubiquitous di
alam, Bacillus meliputi spesies hidup
bebas dan patogen. Dalam kondisi lingkungan stres, sel-sel menghasilkan
endospora oval yang dapat tetap aktif untuk waktu yang lama. Karakteristik ini
awalnya didefinisikan genus, tetapi tidak semua spesies tersebut terkait erat,
dan banyak telah dipindahkan ke marga lain. ( Richard, 2008 )
Gambar 2.7. Bacillus spp ( Prianto, 2006 )
d. Penyebab Penyakit
B. stearothermophilus
sering menyebabkan kerusakan pada makanan kaleng dengan memproduksi asam tanpa
gas, sehingga kerusakannya disebut “flat sour” (busuk asam tanpa gas). Spesies
lainnya, misalnya B. polymyxa dan B. macerans, jika tumbuh pada makanan
akan membentuk asam dan gas. Serta menyebabkan gatal – gatal di kulit. (
Robert, 2002 )
6.
Staphylococcus
spp
a. Pengertian
Merupakan
genus dari bakteri Gram-positif. Di bawah mikroskop, mereka muncul bulat
(kokus), dan bentuk dalam anggur seperti cluster Genus Staphylococcus termasuk setidaknya
40 spesies. (Robert, 2002)
b. Distribusi
Geografik
Sebagian
besar tidak berbahaya . Berada normal pada kulit dan selaput lendir manusia dan
organisme lainnya. Ditemukan di seluruh dunia, mereka adalah komponen kecil
dari flora mikroba tanah. ( Rossenbach, 1884 )
c.
Morfologi
Staphylococcus merupakan
bakteri berbentuk bulat yang terdapat dalam bentuk tunggal, berpasangan,
tetrad, atau berkelompok seperti buah anggur. Nama bakteri ini berasal dari
bahasa Latin “staphele” yang berarti anggur. Beberapa spesies memproduksi
pigmen berwarna kuning sampai oranye misalnya S. aureus. Bakteri ini membutuhkan nitrogen organik (asam amino)
untuk pertumbuhannya, dan bersifat anaerobik fakultatif. ( Robert, 2002 )
Gambar 2.8. Staphylococcus spp ( Prianto,2006 )
d. Penyebab Penyakit
Anggota
genus Staphylococcus sering menjajah
kulit dan saluran pernapasan atas mamalia dan burung, seperti S. arlattae (ayam, kambing),
Auricularis s. (
rusa, anjing, manusia ), S. capitis ( manusia ). Staphylococcus
dapat menyebabkan berbagai macam penyakit pada manusia dan hewan lainnya baik
melalui produksi racun atau penetrasi. Racun staphylococcal adalah penyebab
umum dari keracunan makanan, karena mereka dapat diproduksi oleh bakteri yang
tumbuh di makanan benar-disimpan. Sialadenitis
paling umum disebabkan oleh stafilokokus, seperti infeksi bakteri. ( Robert,
2002 )
7.
Cacing Strongyloides stercoralis Dewasa Betina
a.
Pengertian
Strongyloidiasis stercoralis adalah
cacing yang hidup daerah hangat, daerah lembab. Cacing masuk ke dalam tubuh
ketika seseorang menyentuh tanah yang terkontaminasi cacing. Cacing gelang muda
dapat bergerak melalui kulit seseorang dan masuk ke dalam aliran darah ke
paru-paru dan saluran udara. Ketika cacing bertambah tua, mereka mengubur diri
dalam dinding usus. Kemudian, mereka menghasilkan telur dalam usus. ( Srisasi,
2006 )
b. Morfologi
Cacing betina yang hidup sebagai
parasit, dengan ukuran 2,20 x 0,04 mm, adalah seekor nematoda filariform
yang kecil, tak berwarna, semi transparan dengan kutikulum yang bergaris halus.
Cacing ini mempunyai ruang mulut dan oesophagus panjang, langsing dan
silindris. Sepanjang uterus berisi sebaris telur yang berdinding tipis, jenih
dan bersegmen. Cacing betina yang hidup bebas lebih kecil dari pada yang hidup
sebagai parasit, menyerupai seekor nematoda rabditoid khas yang hidup bebas dan
mempunyai sepasang alat reproduksi. Cacing jantan yang hidup bebas lebih kecil
dari pada yang betina dan mempunyai ekor melingkar. ( William, 2003 )
Cacing dewasa betina yang hidup
sebagai parasit di virus duodenum, bentuknya filform, halus, tidak berwarna,
dan panjangnya kira-kira 2 mm. Cara berkembang-biaknya dengan partenogenesis,
telur bentuk parasitik diletakkan dimukosa usus kemudian telur menetas menjadi
larva rabditiform yang masuk ke rongga usus dan dikeluarkan bersama tinja (
William, 2003 )
Gambar 2.1. Cacing Strongylides stercoralis Dewasa Betin
c. Siklus Hidup
Sesudah 2 – 3 hari di tanah, larva
rabditiform berubah menjadi larva filariform, bila larva filariform menembus
kulit manusia, larva tumbuh dan masuk ke dalam peredaran darah vena dan
kemudian melalui jantung kanan sampai ke paru, dari paru parasit yang mulai
menjadi dewasa menembus alveolus, masuk ke trakea dan laring. Sesudah sampai di
laring reflek batuk, sehingga parasit tertelan, kemudian sampai diusus
halus bagian atas dan menjadi dewasa. ( William, 2003 )
d. Distribusi Geografik
Distribusi
geografik terutama terdapat di daerah tropik dan subtropik, sedangkan didaerah
yang beriklim dingin jarang ditemukan.. Di Amerika Serikat hal ini terjadi di
bagian selatan, di daerah luar kota.
e. Gejala Klinis
Gejala yang paling khas adalah sakit perut, umumnya sakit pada ulu hati seperti
gejala ulcus ventriculi, diare dan urticaria, kadang-kadang timbul nausea, berat
badan turun, lemah dan konstipasi. Timbulnya dermatitis yang sangat gatal
karena gerakan larva menyebar dari arah dubur, dapat juga timbul peninggian kulit yang stationer yang hilang dalam 1-2
hari atau ruam yang menjalar dengan kecepatan beberapa sentimeter per jam pada
tubuh. ( Guyton,
2006 )
f. Cara-cara Penularan
Larva infektif
(filaform) yang berkembang dalam tinja atau tanah lembab yang
terkontaminasi oleh tinja, menembus kulit masuk ke dalam darah vena di bawah
paru-paru. Di paru-paru larva menembus dinding kapiler masuk kedalam alveoli,
bergerak naik menuju ke trachea kemudian mencapai epiglottis. Selanjutnya
larva turun masuk kedalam saluran pencernaan mencapai bagian atas dari
intestinum, disini cacing betina menjadi dewasa.
g. Terapi dan
Pencegahan
Thiabendazole, Albendazole,
Simptomatik untuk diare, dehidrasi atau gangguan elektrolit. Pencegahan :
Pengobatan penderita, Mengatur pembuangan tinja, pembuatan latrin, Pendidikan
tentang higiene kesehatan, Anjuran memakai alas kaki pada daerah endemis .
( Mitchel, 2000 )
8.
Cacing
Oxyuris vermucalis Betina
a. Morfologi
Cacing betina berukuran 8-13 x 0.4
mm. Pada ujung anterior ada pelebaran kutikulum seperti sayap yang disebut
alae. Ekornya panjang dan runcing. Uterus cacing betina berbentuk gravid yang
melebar dan penuh dengan telur. Cacing jantan berukuran 2-5 mm, juga mempunyai
sayap dan ekornya melingkar sehingga bentuknya seperti tanda tanya. Cacing
betina yang gravid mengandung 11.000-15.000 butir telur. Telur berbentuk
lonjong dan lebih datar pada satu sisi (asimetris). Dinding telur bening dan
agak lebih tebal dari dinding telur cacing tambang. ( Ganong, 2003 )
Gambar 2.5. Cacing Oxyuris vermivularis betina
b. Siklus Hidup
Cacing dewasa betina mengandung
banyak telur pada malam hari dan akan melakukan migrasi keluar melalui anus ke
daerah perianal dan perinium. Di daerah perinium tersebut cacing-cacing ini
bertelur dengan cara kontraksi uterus,kemudian telur melekat di daerah
tersebut. Telur dapat menjadi larva infektif pada tempat tersebut, terutama
pada temperatur optimal 23-26 ºC dalam waktu 6 jam. Dalam keadaan lembab telur
dapat hidup sampai 13 hari. ( Diah, 2006
)
Infeksi cacing kremi terjadi bila
menelan telur matang, atau bila larva dari telur yang menetas di daerah
perianal bermigrasi kembali ke usus besar. Bila telur matang yang
tertelan,telur menetas di duodenum dan larva rabditiform berubah dua kali
sebelum menjadi dewasa di yeyunum dan bagian atas ileum. Infeksi cacing kremi
dapat sembuh sendiri. ( Mitchel, 2000 )
c. Distribusi Geografik
Udara yang dingin, lembab dan ventilasi yang
jelek merupakan kondisi yang baik bagi pertumbuhan telur. Habitat cacing dewasa
biasanya di rongga sekum, usus besar dan di usus halus yang berdekatan dengan
rongga sekum. Makanannya adalah isi dari usus.Manusia merupakan satu-satunya
hospes definitif. E.vermicularis dan tidak diperlukan hospes perantara. (
Carpenito, 2007 )
d. Gejala Klinis, Penularan dan Pencegahan
Kurang tidur, rewel
, nafsu makan berkurang, berat badan menurun, rasa
gatal atau iritasi vagina, kulit di sekitar anus menjadi lecet, kasar, atau
terjadi infeksi . ( Carpenito, 2007 )
Cara penularan Enterobius
vermicularis dapat melalui tiga jalan : Penularan dari tangan ke
mulut penderita sendiri atau pada orang lain sesudah memegang benda yang
tercemar telur infektif misalnya alas tempat tidur atau pakaian dalam
penderita. Melalui pernafasan dengan menghisap udara
yang tercemar telur yang infektif. Pengobatan Infeksi cacing kremi dapat disembuhkan melalui pemberian dosis
tunggal obat anti-parasit mebendazole, albendazole atau pirantel pamoat. Pencegahan dengan
mencuci tangan sebelum makan dan setelah buang air besar, memotong kuku dan menjaga
kebersihan kuku, mencuci
seprei minimal 2 kali/minggu, membersihkan
jamban setiap hari, menghindari penggarukan daerah anus karena mencemari
jari-jari tangan dan setiap benda yang dipegang / disentuhnya. (Brown
HW, 1994 ; Joklik WK et al, 1996)
9.
Cacing Necator americanus Dewasa
a.
Morfologi
Cacing
betina berukuran panjang kurang lebih 1 cm, cacing jantan kurang lebih 0,8 cm. Setiap
cacing betina dapat bertelur 9000 ekor per hari. Cacing dewasa
jantan berukuran 8 sampai 11 mm. Sedangkan betina berukuran 10 sampai 13 mm.
Bentuk badan Necator Americanus
biasanya berbentuk silindris menyerupai huruf S berwarna putih keabuan. Necator Americanus mempunyai benda
kitin, sedangkan pada Ancylostoma
duodenale ada dua pasang gigi. Cacing jantan mempunyai kopulatriks. ( Gandahusada, 1988).
Gambar 2.7. Cacing Necator americanus Dewasa
b.
Siklus Hidup
Cacing
Tambang Cacing dewasa di dalam usus halus manusia, kemudian telur keluar
bersama feses dan mengalami embrionisasi di tanah . Di tempat lembab dan becek,
telur menetas menjadi larva yang disebut rhabditiform (tidak infektif).
Kemudian larva ini berubah menjadi filariform (infektif) yang dapat menembus
kulit kaki dan masuk ke dalam tubuh manusia mengikuti aliran darah, menuju
jantung, paru - paru, faring, tenggorok, kemudian tertelan dan masuk ke dalam
usus (migrasi paru, maturasi pada manusia lebih kurang 35 hari) . Di dalam
usus, larva menjadi cacing dewasa yang siap menghisap darah kembali.
c. Distribusi Geografik
Necator
americanus dibawa dari Afrika dan kini tersebar sampai ke Amerika Serikat. Penyebaran
parasit pada waktu ini disebabkan oleh migrasi penduduk dan meluas ke daerah
tropik dan sub tropik. (Volk dan Wheeler, 1990; Kotpal, dkk. 1981)
d. Gejala Klinis
Cacing tambang ini menyebabkan
penyakit nekatoriasis dan ankilostomiasis, yang membuat penderita mengalami
anemia berat, keletihan, menurunnya berat badan, rentan pada infeksi, dan diare
berdarah, terjadi gatal-gatal. (Poespoprodjo, 1999).
10. Telur Hymenolepis
nana
a. Morfologi
Telur Hymenolepis
nana berbentuk oval atau bulat dengan ukuran 47 x 37 mikron, memiliki
dinding berupa dua lapis membrane yang melindungi embrio heksakan di dalamnya.
Pada kedua kutub membrane sebelah dalam, terdapat dua buah penebalan dimana
keluar 4-8 filamen halus. Adanya filamen inilah yang dapat membedakan telur Hymenolepis nana dari Hymenolepis
diminuta. ( Robert, 2002 )
Hymenolepis
nana ukuran panjang 25 – 40 mm dan lebar 0,1 - 0,5 mm,
dengan jumlah proglotidnya mencapai 200 buah. Scolex bulat dengan 4 batil isap
seperti mangkok, memiliki rostelum yang pendek dan refraktil, berkait kecil
dalam satu baris.
b.
Hospes
Hospes definitif dari
cacing ini adalah manusia, mencit dan tikus.
( Juni, 2006 )
c.
Siklus
Hidup
Cacing ini di dalam siklus hidupnya tidak
memerlukan hospes perantara, kecuali Hymenolepis
nana var. fraterna yang hospes
alamiahnya adalah tikus dan menggunakan flea serta kumbang sebagai hospes
perantaranya. Proglotid gravid Hymenolepis
nana akan pecah didalam usus penderita dan mengeluarkan telur yang segera
menjadi infektif bila dikeluarkan bersama feses penderita. Manusia tertular
jika memakan telur cacing ini. Di dalam usus halus, telur akan menetas menjadi
oncospher dan menembus villi usus halus serta akan kehilangan kaitnya.
Selanjutnya dalam 4 hari kemudian akan menjadi larva cysticercoid. Larva ini
terdapat pada tunica propria usus halus penderita. Beberapa hari kemudian larva
ini akan kembali ke lumen usus penderita untuk menjadi dewasa dalam waktu 2
minggu. ( Neva A and Brown HW, 1994 )
d.
Distribusi
Geografi
Daerah penyebaran Hymenolepis nana antara lain adalah Mesir, Sudan, Thailand, India, Jepang,
Amerika Selatan yaitu Brazilia dan Argentina, Eropa Selatan. (Manson-Bahr PEC
and Bell DR, 1987)
e.
Patogenesa
Dan Manifestasi Klinis
Autoinfeksi
interna dapat menimbulkan gejala berupa kurangnya nafsu makan, penurunan berat
badan, nyeri epigastrium, nyeri perut dengan atau tanpa diare yang disertai
darah, mual, muntah, pusing, toxaemia, pruritus anal, uticaria serta gangguan
syaraf misalnya irritabilitas, konvulsi dan kegelisahan. (Brown HW, 1994 ; Joklik
WK, 1996; Maegra GT, 1984)
f.
Pengobatan
Sebagai obat pilihan
dapat diberikan Niclosamide /Yomesan dengan dosis 2,0 gram. Praziquantel
peroral dengan dosis tunggal 15 mg/kg barat badan diberikan setelah makan pagi.
Pada manusia infeksi selalu disebabkan oleh telur yang tertelan dari benda yang
terkontaminasi tanah, dari tempat-tempat defekasi atau langsung dari anus ke
mulut. ( Juni, 2006 )
Untuk menekan dan
menghindari infeksi cacing pita ini, perlu meningkatkan kebersihan lingkungan,
kebersihan perorangan terutama pada keluarga besar, meningkatkan kesadaran dan
higienes pada anak-anak, mengobati penderita sehingga tidak menjadi sumber
penularan serta memberantas hospes reservoar sebagai sumber infeksi seperti
tikus dan hewan pengerat lainnya. (Brown HW, 1994 )
1 komentar:
Bosan tidak tahu mau mengerjakan apa pada saat santai, ayo segera uji keberuntungan kalian
hanya di D*EW*A*P*K / pin bb D87604A1
dengan hanya minimal deposit 10.000 kalian bisa memenangkan uang jutaan rupiah
dapatkan juga bonus rollingan 0.3% dan refferal 10% :)
Posting Komentar