RSS

Selasa, 30 April 2013

PERAN K3 DALAM PENCEGAHAN PENYAKIT AKIBAT KERJA



PERAN K3 DALAM PENCEGAHAN PENYAKIT AKIBAT KERJA DI RUMAH SAKIT

Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan Kerja (KK) di kalangan petugas kesehatan dan non kesehatan kesehatan di Indonesia belum terekam dengan baik. Faktor penyebabnya yakni kurangnya kesadaran pekerja dan kualitas serta keterampilan pekerja yang kurang memadai. Banyak pekerja yang meremehkan risiko kerja, sehingga tidak menggunakan alat-alat pengaman walaupun sudah tersedia.
Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2003 tentang Kesehatan, Pasal 23 dinyatakan bahwa upaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) harus diselenggarakan di semua tempat kerja, khususnya tempat kerja yang mempunyai risiko bahaya kesehatan, mudah terjangkit penyakit atau mempunyai karyawan paling sedikit 10 orang. Jika memperhatikan isi dari pasal di atas maka Rumah Sakit termasuk ke dalam kriteria tempat kerja dengan berbagai ancaman bahaya yang dapat menimbulkan dampak kesehatan, tidak hanya terhadap para pelaku langsung yang bekerja di Rumah Sakit, tapi juga terhadap pasien maupun pengunjung. Sehingga, seharusnya pihak pengelola RS menerapkan upaya K3RS yang diatur di dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 432 tentang Pedoman Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di Rumah Sakit.
Penyakit akibat kerja yang dapat ditimbulkan di dalam Rumah Sakit diantaranya, berasal dari virus atau bakteri patogen penyakit menular yang dibawa oleh pasien atau pengunjung, seperti TBC, flu, diare, Hepatitis B,dsb. Selain itu, juga bahaya dari zat – zat kimia seperti obat – obatan, gas etilen oksida, serta sinar radiasi pada radiologi. Menurut laporan dari The National Safety Council (Dewan Keamanan Nasional ) (NSC), ada 41% dari petugas medis tidak hadir akibat penyakit dan kecelakaan, dan ini jauh lebih besar dibandingkan industri. Survei yang dilakukan dari 165 laboratorium klinik di Minnesota menunjukkan bahwa cedera luka jarum suntik (63%), diikuti peristiwa seperti luka dan lecet (21%). Selain itu, pekerja di rumah sakit sering mengalami stres, yang merupakan faktor predisposisi untuk kecelakaan. Ketegangan otot dan distorsi atau keseleo merupakan representasi dari cedera punggung bawah yang banyak di dapatkan pada para staf rumah sakit.
Potensi bahaya di Rumah Sakit, selain penyakit-penyakit infeksi kuman atau virus juga ada potensi bahaya lain yang mempengaruhi situasi dan kondisi di Rumah Sakit , yaitu kecelakaan (peledakan, kebakaran, kecelakaan yang berhubungan dengan instalasi listrik) , gas-gas anastesi, gangguan psikososial dan ergonomi. Semua potensi bahaya tersebut, jelas mengancam jiwa dan kehidupan bagi para karyawan, para pasien maupun para pengunjung yang ada di lingkungan Rumah Sakit. Maka perlu upaya untuk mengendalikan, meminimalisasi dan bila mungkin meniadakannya, oleh karena itu K3RS perlu dikelola dengan baik. Agar penyelenggaraan K3RS lebih efektif, efisien dan terpadu, diperlukan sebuah pedoman manajemen K3RS, baik bagi pengelola maupun karyawan seperti proses manajemen umumnya yaitu perencanaan, organisasi, pelaksanaan dan pengawasan.
Setiap rumah sakit wajib melaksanakan pelayanan kesehatan kerja. Adapun bentuk pelayanan kesehatan kerja yang perlu di lakukan,diantaranya melakukan pemeriksaan kesehatan sebelum kerja bagi pekerja, melaksanakan pendidikan dan penyuluhan/pelatihan tentang kesehatan kerja, melakukan pemeriksaan berkala dan khusus sesuai dengan pajanan,serta meningkatkan kesehatan badan, kondisi mental dan kemampuan fisik pekerja.
Kondisi K3RS khususnya di Indonesia secara umum diperkirakan termasuk rendah. Pada tahun 2008 Indonesia menempati posisi yang buruk jauh di bawah Singapura dan Malaysia. Kondisi tersebut mencerminkan kesiapan daya saing pelayanan dan kualitas saranan kesehatan Indonesia di dunia internasional masih sangat rendah. Oleh karena itu, sosialisasi pembinaan, pengawasan, dan pengendalian mengenai K3 di Rumah Sakit harus lebih ditingkatkan lagi. Harusnya SMK3 juga menerapkan prinsip AREC (Anticipation, Recognition, Evaluation dan Control) dari metode kerja, pekerjaan dan lingkungan kerja, agar tupoksi K3RS sendiri dapat tercapai. Faktor keselamatan kerja menjadi penting karena sangat terkait dengan kinerja karyawan dan pada gilirannya pada kinerja pelayanan kesehatan. Semakin tersedianya fasilitas keselamatan kerja semakin sedikit kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja.




DAFTAR PUSTAKA


Anonim. 2011. Standar Pelayanan K3 di Rumah Sakit. http://jurnalk3.com/standar-pelayanan-k3-di-rumah-sakit-bagian-1.html 2011  diunduh pada tanggal 24 April 2013 pukul 21.30


Buchori. 2007. Penyakit Akibat Kerja dan Penyakit Terkait Kerja. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1432/1/07002746.pdf  diunduh pada tanggal 24 April 2013 pukul 21.30


Departemen Kesehatan RI. 2007. Pedoman Manajemen  Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di Rumah Sakit. http://www.depkes.go.id/downloads/Kepmenkes/KMK%20432-IV%20K3%20RS.pdf    diunduh pada tanggal 24 April 2013 pukul 21.30


Harington,  J.M. 2005. Buku Saku Kesehatan Kerja. Jakarta : Buku Kedokteran EGC


Sumaryani, Dewi. 2002. Cermin dunia kedokteran No.136.  Jakarta : PT. Kalbe Farma


Rabu, 24 April 2013

PENYAKIT BERBASIS LINGKUNGAN UDARA




BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang

Di zaman sekarang ini, kita tahu jika banyak penyakit menular maupun penyakit yang tidak menular berkembang pesat. Hal tersebut  sangat berkaitan  dengan kondisi lingkungan serta budaya hidup sehat yang dijalani masyarakat semakin menunjukkan kemerosotannya. Lingkungan sangat berperan penting dalam perkembangbiakan serta penyebaran suatu bibit penyakit. Selain itu, lingkungan yang tidak sehat telah memunculkan berbagai endemik baru yang sangat mengkhawatirkan, khususnya pada dunia kesehatan.
Berdasarkan Konsep hidup sehat H.L.Blum, kondisi sehat secara holistik bukan saja kondisi sehat secara fisik melainkan juga spiritual dan sosial dalam bermasyarakat. Untuk menciptakan kondisi sehat seperti ini diperlukan suatu keharmonisan dalam menjaga kesehatan tubuh. H.L Blum menjelaskan ada empat faktor utama yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat. Keempat faktor tersebut merupakan faktor determinan timbulnya masalah kesehatan.
Keempat faktor tersebut terdiri dari faktor perilaku/gaya hidup (life style), faktor lingkungan (sosial, ekonomi, politik, budaya), faktor pelayanan kesehatan (jenis cakupan dan kualitasnya) dan faktor genetik (keturunan). Keempat faktor tersebut saling berinteraksi yang mempengaruhi kesehatan perorangan dan derajat kesehatan masyarakat. Diantara faktor tersebut faktor perilaku manusia merupakan faktor determinan yang paling besar dan paling sukar ditanggulangi, disusul dengan faktor lingkungan. Hal ini disebabkan karena faktor perilaku yang lebih dominan dibandingkan dengan faktor lingkungan karena lingkungan hidup manusia juga sangat dipengaruhi oleh perilaku masyarakat.
Lingkungan yang terdiri dari lingkungan air, udara, tanah serta makanan. Keempat lingkungan tersbut memegang peranan penting dalam kemunculan berbagai penyakit. Salah satunya yakni lingkungan udara. Selama kita hidup pasti kita selalu berinteraksi dengan udara, bahkan setiap detik kita selalu menghirup udara berupa gas oksigen. Namun, perlu kita ketahui jika berbagai bibit penyakit dapat menular dan berkembang melalui bantuan udara.
Berdasarkan hal tersebut, kami akan mencoba memaparkan proses bagaimana lingkungan udara dapat menjadi sumber dari berbagai penyakit, baikyang menular maupun tidak menular.

B.      Rumusan Masalah
1.     Bagaimana konsep dari teori HL. Blum ?
2.     Apa saja penyakit yang dapat timbul dari lingkungan udara ?
3.     Bagaimana proses perjalanan suatu bibit penyakit melalui udara?
4.     Bagaimana penanganan dari penyakit tersebut ?

C.     Tujuan
1.    Untuk mengetahui Konsep pendekatan dari teori HL. Blum
2.    Untuk mengetahui jenis – jenis penyakit yang ditimbulkan dari lingkungan udara
3.    Untuk mengetahui proses perjalanan suatu bibit penyakit melalui udara
4.    Untuk mengatahui penanganan yang dapat diberikan dalam memberantas penyakit tersebut.



BAB II
PEMBAHASAN

A.                Konsep Teori HL. Blum
Konsep hidup sehat H.L.Blum sampai saat ini masih relevan untuk diterapkan. Kondisi sehat secara holistik bukan saja kondisi sehat secara fisik melainkan juga spiritual dan sosial dalam bermasyarakat. Untuk menciptakan kondisi sehat seperti ini diperlukan suatu keharmonisan dalam menjaga kesehatan tubuh. H.L Blum menjelaskan ada empat faktor utama yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat. Keempat faktor tersebut merupakan faktor determinan timbulnya masalah kesehatan.
Keempat faktor tersebut terdiri dari faktor perilaku/gaya hidup (life style), faktor lingkungan (sosial, ekonomi, politik, budaya), faktor pelayanan kesehatan (jenis cakupan dan kualitasnya) dan faktor genetik (keturunan). Keempat faktor tersebut saling berinteraksi yang mempengaruhi kesehatan perorangan dan derajat kesehatan masyarakat. Diantara faktor tersebut faktor perilaku manusia merupakan faktor determinan yang paling besar dan paling sukar ditanggulangi, disusul dengan faktor lingkungan. Hal ini disebabkan karena faktor perilaku yang lebih dominan dibandingkan dengan faktor lingkungan karena lingkungan hidup manusia juga sangat dipengaruhi oleh perilaku masyarakat.           
KONSEP BLUM
Dalam konsep Blum ada empat  faktor determinan yang dikaji, masing-masing faktor saling keterkaitan berikut penjelasannya :
1.      Perilaku masyarakat
Perilaku masyarakat dalam menjaga kesehatan sangat memegang peranan penting untuk mewujudkan Indonesia Sehat 2010. Hal ini dikarenakan budaya hidup bersih dan sehat harus dapat dimunculkan dari dalam diri masyarakat untuk menjaga kesehatannya. Masyarakat yang berperilaku hidup bersih dan sehat akan menghasilkan budaya menjaga lingkungan yang bersih dan sehat.
Pembuatan peraturan tentang berperilaku sehat juga harus dibarengi dengan pembinaan untuk menumbuhkan kesadaran pada masyarakat. Sebab, apabila upaya dengan menjatuhkan sanksi hanya bersifat jangka pendek. Pembinaan dapat dimulai dari lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Tokoh-tokoh masyarakat sebagai role model harus diajak turut serta dalam menyukseskan program-program kesehatan.
2.      Lingkungan
Berbicara mengenai lingkungan sering kali kita meninjau dari kondisi fisik. Lingkungan yang memiliki kondisi sanitasi buruk dapat menjadi sumber berkembangnya penyakit. Hal ini jelas membahayakan kesehatan masyarakat kita. Terjadinya penumpukan sampah yang tidak dapat dikelola dengan baik, polusi udara, air dan tanah juga dapat menjadi penyebab. Upaya menjaga lingkungan menjadi tanggung jawab semua pihak untuk itulah perlu kesadaran semua pihak.
Disamping lingkungan fisik juga ada lingkungan sosial yang berperan. Sebagai mahluk sosial kita membutuhkan bantuan orang lain, sehingga interaksi individu satu dengan yang lainnya harus terjalin dengan baik. Kondisi lingkungan sosial yang buruk dapat menimbulkan masalah kejiwaan.
3.      Pelayanan kesehatan
Kondisi pelayanan kesehatan juga menunjang derajat kesehatan masyarakat. Pelayanan kesehatan yang berkualitas sangatlah dibutuhkan. Masyarakat membutuhkan posyandu, puskesmas, rumah sakit dan pelayanan kesehatan lainnya untuk membantu dalam mendapatkan pengobatan dan perawatan kesehatan. Terutama untuk pelayanan kesehatan dasar yang memang banyak dibutuhkan masyarakat. Kualitas dan kuantitas sumber daya manusia di bidang kesehatan juga mesti ditingkatkan.
Puskesmas sebagai garda terdepan dalam pelayanan kesehatan masyarakat sangat besar perananya. sebab di puskesmaslah akan ditangani masyarakat yang membutuhkan edukasi dan perawatan primer. Peranan Sarjana Kesehatan Masyarakat sebagai manager yang memiliki kompetensi di bidang manajemen kesehatan dibutuhkan dalam menyusun program-program kesehatan. Utamanya program-program pencegahan penyakit yang bersifat preventif sehingga masyarakat tidaka banyak yang jatuh sakit.
4.      Genetik
Nasib suatu bangsa ditentukan oleh kualitas generasi mudanya. Oleh sebab itu kita harus terus meningkatkan kualitas generasi muda kita agar mereka mampu berkompetisi dan memiliki kreatifitas tinggi dalam membangun bangsanya.
Dalam hal ini kita harus memperhatikan status gizi balita sebab pada masa inilah perkembangan otak anak yang menjadi asset kita dimasa mendatang. Namun masih banyak saja anak Indonesiayang status gizinya kurang bahkan buruk.

B.                 Konsep Penyakit Berbasis Lingkungan
Blum, seorang pakar yang selama ini selalu menjadi rujukan dan ’‘suhu’ kesehatan masyarakat, melalui teorinya, berpendapat bahwa kesehatan lingkungan dan perilaku manusia merupakan dua faktor dominan yang paling berpengaruh terhadap status kesehatan masyarakat. Komponen perilaku dan komponen kesehatan lingkungan ini merupakan dua faktor yang paling memungkinkan untuk diintervensi, sehingga telah menjadi kiblat berbagai tindakan promotif dan preventif pada mayoritas masalah penyakit dan masalah kesehatan.
Berdasarkan berbagai data dan laporan, saat ini penyakit berbasis lingkungan masih menjadi permasalahan kesehatan masyarakat di Indonesia. ISPA dan diare yang merupakan penyakit berbasis lingkungan selalu masuk dalam 10 besar penyakt di hampir seluruh Puskesmas di Indonesia, selain Malaria, Demam Berdarah Dengue ( DBD ), Filariasis, TB Paru, Cacingan, Penyakit Kulit, Keracunan dan Keluhan akibat Lingkungan Kerja yang buruk.
Masih tingginya penyakit berbasis lingkungan antra lain Penyakit disebabkan oleh faktor lingkungan serta perilaku hidup bersih dan sehat yang masih rendah. Berdasarkan aspek sanitasi tingginya angka penyakit berbasis lingkungan banyak disebabkan tidak terpenuhinya kebutuhan air bersih masyarakat, pemanfaatan jamban yang masih rendah, tercemarnya tanah, air, dan udara karena limbah rumah tangga, limbah industri, limbah pertanian, sarana transportaasi, serta kondisi lingkungan fisik yang memungkinkan.
Pengertian Penyakit Berbasis Lingkungan
Penyakit merupakan suatu kondisi patologis berupa kelainan fungsi dan /atau morfologi suatu organ dan/atau jar tubuh. (Achmadi’05). Sedangkan pengertian Lingkungan adalah segala sesuatu yg ada disekitarnya (benda hidup, mati, nyata, abstrak) serta suasana yg terbentuk karena terjadi interaksi antara elemen-elemen di alam tersebut. (Sumirat’96).  Penyakit Berbasis Lingkungan adalah suatu kondisi patologis berupa kelainan fungsi atau morfologi suatu organ tubuh yang disebabkan oleh interaksi manusia dengan segala sesuatu disekitarnya yang memiliki potensi penyakit.
Lingkungan terdiri dari lingkungan udara, tanah, air serta makanan. Lingkungan udara merupakan salah satu lingkungan yang dapat menimbulkan berbagai endemik baru yang berbahaya bagi kesehatan. Lingkungan udara sangat penting bagi keberlangsungan kehidupan semua makhluk hidup, karena setiap detik semua membutuhkan udara dalam bentuk oksigen. Di sisi lain, udara yang kotor seperti debu, asap rokok, asap pembakaran, asap pabrik dapat menimbulkan berbagai permasalahan kesehatan khususnya dalam perkembangbiakan dan penyebaran berbagai bibit penyakit.
Untuk dapat melakukan upaya pengendalian penyakit berbasis lingkungan, sangat penting kita ketahui karakteristik penyakit dan patogenesis suatu penyakit. Berdasarkan alur patogenesis tersebut, penyakit berbasis lingkungan dapat dijelaskan sebagai berikut:














C.                Penyakit Menular
Biologis
Penyakit berbasis lingkungan udara  yang menular melalui  agen biologis membutuhkan peran agen makhluk hidup seperti virus, bakteri, jamur, prozoa dan cacing untuk melakukan infeksi. Beberapa penyakit menular yang ditimbulkan oleh agen biologis, diantaranya :
a.      Penyakit Virus
1.      Influenza
Pengertian
Influenza merupakan penyakit virus yang endemik di seluruh dunia dan sering menjadi epidemi di banyak negara. Penyebab influenza adalah virus influenza tipe A,B dan C, virus berukuran 200 nm yang mempunyai selubung virion. Virus influenza termasuk famili Orthomyxoviridae.
Penularan
Penyakit influenza ditularkan oleh virus influenza melalui udara, menyerang saluran pernapasan, akibatnya penderita mengalami kesulitan bernapas.
Gejala klinis influenza
Sesudah masa inkubasi 1-2 hari, gejala umum dan keluhan yang tidak khas terjadi berupa malaise umum, sistem kataral sistemik, demam menggigil, kadang-kadang muntah dan diare, sakit kepala, mialga dan sakit tenggorok. Daya tahan tubuh penderita dan adanya infeksi sekunder mempengaruhi beratnya influenza.
Komplikasi influenza berupa infeksi sekunder bakteril dengan kuman Staphyllococcus aureus, Haemophyllus influenzae dan pneumokokus dapat menimbulkan otitis, sinusitis, mastoiditis, bronkiolitis, bronkopneumoni, miokarditis dan perikarditis.

Diagnosis influenza
Karena gejala klinis tidak jelas, diagnosis pasti influenza ditegakkan melalui pemeriksaan laboratorium, yaitu:
a)      Isolasi virus
Bahan infektif penderita yaitu usapan tengggorok (sampai hari ke-4 penyakit) dibiakkan pada kultur jaringan atau embrio telur.
b)      Pemeriksaan serologi
Untuk mengetahui adanya antibodi yang spesifik dilakukan uji fiksasi komplemen atau uji hemaglutinasi inhibisi.
c)      Pemeriksaaan darah
Darah menunjukkan gambaran leukositosis jika terjadi komplikasi atau infeksi sekunder.
Pengobatan
Pengembalian fungsi pertahanan tubuh adalah yang paling utama, dapat dilakukan dengan cara istirahat, asupan makanan yang baik dan apabila diperlukan menggunakan tambahan vitamin. Gejala-gejala yang terjadi dapat dikurangi keluhannya dengan mempergunakan obat penurun panas, pengencer dahak, dan pengurang batuk.Pemberian antibiotik diperlukan apabila perjalanan penyakit sudah masuk dalam kondisi komplikasi, dan hal ini diperlukan pengawasan dari petugas kesehatan.
            Pencegahan
Salah satu pencegahan adalah dengan menggunakan vaksin influenza yang mengandung virus A dan B dan disebutkan dapat mengurangi terjadinya infeksi yang disebabkan oleh virus H5N1 atau flu burung dan juga pencegahan flu pada usia 5 – 50 tahun. Golongan yang memerlukan vaksini ini antara lain : usia > 65 th, memiliki penyakit kronis lainnya (paru-paru, jantung, darah dan ginjal, DM), memiliki gangguan sistem pertahanan tubuh, dan petugas kesehatan. Dianjurkan untuk memberikan vaksin sebelum musim dingin atau musim hujan. Selain itu perubahan perilaku masyarakat dengan gaya hidup yang sehat dapat mengurangi terjadinya penyakit influenza ini.
2.      Varicella atau Cacar Air
Pengertian
Cacar air atau Varicella simplex adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi virus Varicella zoster. Penyakit ini disebarkan secara aerogen.
            Penularan
Penyakit varicella atau cacar air  ditularkan oleh virus Varicella zoster  melalui udara, menyerang lapisan kulit, akibatnya penderita mengalami gatal – gatal dan nyeri kulit seperti bisul.
Gejala Klinis
Pada permulaannya, penderita akan merasa sedikit demam, pilek, cepat merasa lelah, lesu, dan lemah. Gejala-gejala ini khas untuk infeksi virus. Pada kasus yang lebih berat, bisa didapatkan nyeri sendi, sakit kepala dan pusing. Beberapa hari kemudian timbullah kemerahan pada kulit yang berukuran kecil yang pertama kali ditemukan di sekitar dada dan perut atau punggung lalu diikuti timbul di anggota gerak dan wajah.
Kemerahan pada kulit ini lalu berubah menjadi lenting berisi cairan dengan dinding tipis. Ruam kulit ini mungkin terasa agak nyeri atau gatal sehingga dapat tergaruk tak sengaja. Jika lenting ini dibiarkan maka akan segera mengering membentuk keropeng (krusta) yang nantinya akan terlepas dan meninggalkan bercak di kulit yang lebih gelap (hiperpigmentasi). Bercak ini lama-kelamaan akan pudar sehingga beberapa waktu kemudian tidak akan meninggalkan bekas lagi.
           

Diagnosis
            Diagnosis penyakit cacar air ini, melalui pemeriksaan fisik, yakni timbulnya bentol – betol seperti nanah di kulit, gatal – gatal, demam tinggi, serta terdapat cairan yang keluar ketika bentol tersebut di tekan.
Pencegahan
Imunisasi tersedia bagi anak-anak yang berusia lebih dari 12 bulan. Imunisasi ini dianjurkan bagi orang di atas usia 12 tahun yang tidak mempunyai kekebalan.Penyakit ini erat kaitannya dengan kekebalan tubuh.
Pengobatan
Varicella ini sebenarnya dapat sembuh dengan sendirinya. Akan tetapi tidak menutup kemungkinan adanya serangan berulang saat individu tersebut mengalami panurunan daya tahan tubuh. Penyakit varicella dapat diberi penggobatan "Asiklovir" berupa tablet 800 mg per hari setiap 4 jam sekali (dosis orang dewasa, yaitu 12 tahun ke atas) selama 7-10 hari dan salep yang mengandung asiklovir 5% yang dioleskan tipis di permukaan yang terinfeksi 6 kali sehari selama 6 hari. Larutan "PK" sebanyak 1% yang dilarutkan dalam air mandi biasanya juga digunakan.
Setelah masa penyembuhan varicella, dapat dilanjutkan dengan perawatan bekas luka yang ditimbulkan dengan banyak mengonsumsi air mineral untuk menetralisir ginjal setelah mengonsumsi obat. Konsumsi vitamin C plasebo ataupun yang langsung dari buah-buahan segar seperti juice jambu biji, juice tomat dan anggur. Vitamin E untuk kelembaban kulit bisa didapat dari plasebo, minuman dari lidah buaya, ataupun rumput laut. Penggunaan lotion yang mengandung pelembab ekstra saat luka sudah benar- benar sembuh diperlukan untuk menghindari iritasi lebih lanjut.

3.     Variola
Pengertian
Cacar adalah penyakit virus sistemik dengan gejala khas adanya erupsi kulit. Kebanyakan cacar dikelirukan dengan cacar air dimana lesi dikulit pada cacar air umumnya muncul dalam bentuk successive crops (berhubungan satu sama lain) dengan tingkat yang berbeda disaat yang sama.
            Penularan
Penyakit cacar ditularkan oleh Variola virus , spesies Orthopoxvirus melalui udara. Penularan umumnya terjadi pada saat muncul wabah dimana 50% dari mereka yang tidak divaksinasi akan tertulari. Penyakit ini menyerang bagian kulit tubuh, hampir sama dengan cacar air. Namun penyakit cacar tidak mengelurakan cairan.
            Gejala Klinis
Penyakit muncul mendadak dengan gejala demam, tidak nafsu makan, sakit kepala, badan lemah, sakit pinggang berat, kadang-kadang sakit perut dan muntah; gambaran klinis menyerupai influenza.
Cacar dapat dikenal dengan jelas pada awal sakit, ditandai dengan munculnya lesi kulit kurang lebih secara simultan pada saat suhu tubuh meningkat, bentuk lesi yang mirip satu sama lain pada daerah yang sama.
            Diagnosis
Diagnosa cepat dapat dilakukan dengan mikroskop elektron atau teknik immunodiffusions. Metode PCR saat ini lebih sering dipakai karena lebih cepat dan akurat.



Pengobatan
Pemberantasan cacar didasarkan pada pemberian vaksinasi dengan virus vaccinia. Jika menemukan penderita yang menyerupai cacar dan bukan cacar air: segera laporkan hal ini kepada dinas kesehatan setempat.
            Pencegahan
                        Pencegahan pada penyakit cacar yakni dengan mandi dua kali sehari, cuci tangan stelah beraktivitas,  serta menjaga kebersihan lingkungan.
4.      Morbili (Campak = Sarampa)
Pengertian
Morbili adalah penyakit virus akut, menular yang ditandai dengan 3 stadium, yaitu stadium prodormal (kataral), stadium erupsi dan stadium konvalisensi, yang dimanifestasikan dengan demam, konjungtivitis dan bercak koplik.
Penularan
Penyebab penyakit campak adalah Virus campak atau Morbili (Paramiksovirus RNA). Penularan virus terjadi secara langsung melalui cairan hidung dan tenggorok, air mata, titik ludah waktu batuk, bersin dan berbicara. Penyakit ini menyerang bagian kulit tubuh. Sangat infeksius, masa inkubasi 7 – 14 hari. Biasanya mengenai anak-anak. Satu serangan menyebabkan kekebalan seumur hidup.
Gejala Klinis Klinis
Masa tunas/inkubasi penyakit berlangsung kurang lebih dari 10-20 hari dan kemidian timbul gejala-gejala yang dibagi dalam 3 stadium:
a.       Stadium Kataral (Prodormal)
Stadium prodormal berlangsung selama 4-5 hari ditandai oleh demam ringan hingga sedang, batuk kering ringan, coryza (ditandai dengan gejala bersin-bersin dan hidung beringus), fotofobia dan konjungtivitis.

b.      Stadium erupsi
Rasa gatal, muka bengkak. Terdapat pembesaran kelenjar getah bening disudut mandibula dan didaerah leher belakang. Juga terdapat sedikit splenomegali, tidak jarang disertai diare dan muntah. Variasi dari morbili yang biasa ini adalah “Black Measles” yaitu morbili yang disertai perdarahan pada kulit, mulut, hidung dan traktus digestivus.
c.       Stadium konvalesensi
Erupsi berkurang meninggalkan bekas yang berwarna lebih tua (hiperpigmentasi) yang bisa hilang sendiri. Suhu menurun sampai menjadi normal kecuali bila ada komplikasi. 
Diagnosis
Diagnosis didasarkan atas gejala dan tanda sebagai berikut :
Anamnesis
a)      Anak dengan panas 3-5 hari (biasanya tinggi, mendadak), batuk, pilek harus dicurigai atau di diagnosis banding morbili.
b)      Mata merah, tahi mata, fotofobia, menambah kecurigaan.
c)      Dapat disertai diare dan muntah.
d)     Dapat disertai dengan gejala perdarahan (pada kasus yang berat) : epistaksis, petekie, ekimosis.
e)      Anak resiko tinggi adalah bila kontak dengan penderita morbili (1 atau 2 minggu sebelumnya) dan belum pernah vaksinasi campak.
Pemeriksaan fisik
a)      Pada stadium kataral manifestasi yang tampak mungkin hanya demam (biasanya tinggi) dan tanda-tanda nasofaringitis dan konjungtivitis.
b)      Pada umunya anak tampak lemah.
c)      Koplik spot pada hari ke 2-3 panas (akhir stadium kataral).
d)     Pada stadium erupsi timbul ruam (rash) yang khas : ruam makulopapular yang munculnya mulai dari belakang telinga, mengikuti pertumbuhan rambut di dahi, muka, dan kemudian seluruh tubuh.

Pengobatan
a)        Bila campaknya ringan, anak cukup dirawat di rumah. Kalau campaknya berat atau sampai terjadi komplikasi maka harus dirawat di rumah sakit.
b)        Anak campak perlu dirawat di tempat tersendiri agar tidak menularkan penyakitnya kepada yang lain.
c)        Pengobatan secara simtomatik sesuai dengan gejala yang ada:
-          Antipiretik : parasetamol 7,5 – 10 mg/kgBB/kali, interval 6-8 jam
-          Ekspektoran : gliseril guaiakolat anak 6-12 tahun : 50 – 100 mg tiap 2-6 jam, dosis maksimum 600 mg/hari.
-          Antitusif perlu diberikan bila batuknya hebat/mengganggu, narcotic antitussive (codein) tidak boleh digunakan.
-          Mukolitik bila perlu
-          Vitamin terutama vitamin A dan C.
Pencegahan
1.      Imunusasi aktif
Hal ini dapat dicapai dengan menggunakan vaksin campak hidup yang telah dilemahkan. Vaksin tersebut diberikan secara subkutan dan menyebabkan imunitas yang berlangsung lama. Pada penyelidikan serulogis ternyata bahwa imunitas tersebut mulai mengurang 8-10 tahun setelah vaksinasi.
2.      Imunusasi pasif
Imunusasi pasif dengan serum oarng dewasa yang dikumpulkan, serum stadium penyembuhan yang dikumpulkan, globulin placenta (gama globulin plasma) yang dikumpulkan dapat memberikan hasil yang efektif untuk pencegahan atau melemahkan campak. Campak dapat dicegah dengan serum imunoglobulin dengan dosis 0,25 ml/kg BB secara IM dan diberikan selama 5 hari setelah pemaparan atau sesegera mungkin.


5.      Rubella
Pengertian
Rubella (atau biasa disebut campak jerman) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus. Penderita penyakit rubella kebanyakan anak-anak usia dini, sedangkan pada usia lanjut relatif jarang ditemukan.
Penularan
Rubella menyebar melalui tetes mikroskopis dari nafas orang yang terinfeksi melalui udara, tetesan membawa virus mencapai mulut, tenggorokan dan hidung.
Gejala Klinis
Tanda-tanda yang akan timbul bagi penyakit rubella adalah adanya ruam sebagai tanda khas. Hal ini biasanya dimulai sekitar telinga menyebar di seluruh tubuh dalam bintik merah muda kecil. Perubahan ruam hampir dari jam ke jam, dan akan menghilang lagi setelah sekitar dua sampai tiga hari tanpa pengobatan.
Sampai dengan satu minggu sebelum ruam muncul, pasien dapat menderita pilek ringan, terdiri dari batuk dan sakit tenggorokan atau bengkak di leher dan dasar tengkorak (karena pembesaran kelenjar getah bening).
Pengobatan
Penyakit Rubella tidak memerlukan perawatan khusus (kecuali mungkin untuk istirahat beberapa hari di tempat tidur). Tapi manajemen penatalaksanaan harus mempertimbangkan fakta bahwa penyakit ini menular dan dapat dengan mudah menyebar ke anggota lain dari orang terdekat.
Pencegahan
Pemberian Gamma Glumatin pada ibu hamil.


6.      Flu Burung
Pengertian
Flu burung disebabkan oleh virus Avian influenza (AI) tipe A. Subtipe H5N1 virus influenza ini dapat menular dari unggas ke hewan mamalia, misalnya kuda dan babi dan juga dapat menular ke manusia.
Penularan
Penularan virus ini terjadi melalui udara yang mengandung bahan infektif dalam bentuk titik ludah (droplet) pada waktu penderita batuk atau bersin-bersin.
Gejala klinis
Sesudah melewati masa inkubasi selama 1-3 hari, penderita akan mengalami demam dengan menggigil, sakit kepala, malaise, lemah badan, nyeri otot, dan konjungtiva merah. Diagnosis flu burung ditetapkan jika dapat ditemukan virus penyebabnya melalui biakan atas hapusan tengggorok. Pemeriksaan serologi misalnya uji inhibisi mendukung ditegakkannya diagnosis flu burung.
Penanganan
a.       Penderita harus diisolasi untuk mencegah penularan pada orang lain
b.      Penderita harus diberikan obat antiviral sedini mungkin untuk memberantas virus flu burung
c.       Penderita harus diberi pengobatan suportif untuk meningkatkan daya tahan tubuh penderita.
Pencegahan
a.       Dilakukan vaksinasi aktif terhadap orang yang berisiko tinggi tertular virus Avian influenza.
b.      Populasi unggas yang diduga menjadi sumber penularan AI harus segera dimusnahkan
c.       Konsumsi unggas berasal dari daerah epidemis harus dihentikan dan dilarang.
d.      Babi dan kuda sebaiknya divaksinasi 1 tahun sekali karena hewan-hewan tersebut juga merupakan hospes reservoir virus flu burung.
e.       Peternak: gunakan masker, baju khusus, kacamata di peternakan, batasi jumlah orang yang masuk, desinfeksi orang, kendaraan, alat dan isolasi kandang & kotoran
Masyarakat umum: pilih daging yang segar, masak daging min 80°C, telur 65°C, jaga kesehatan dan ketahanan tubuh
7.      Parotitis Epidemika (MUMPS)
Pengertian
Parotitis epidemika (mumps) atau gondong, termasuk penyakit virus menular yang disebabkan oleh mumpsvirus yang menyerang kelenjar ludah, testis dan pankreas.
Penularan
Manusia penderita merupakan sumber penularan bagi orang lain, meskipun virus juga dapat menimbulkan infeksi berat pada tikus dan hamster. Penularan bahan infektif terjadi secara langsung dari penderita atau melalui udara yang tercemar bahan infektif  penderita.
Gejala klinis
Pada infeksi berat, gejala awal yang terjadi dapat berupa demam, malaise, menggigil, sakit kepala, sakit tenggorok, sakit telinga dan nyeri sepanjang saluran parotis. Pembesaran kelenjar parotis mudah dilihat di bawah telinga. Gejala parotis pada anak umumnya lebih ringan dari pada orang dewasa.
Diagnosis
Diagnosis pasti ditegakkan dengan membiakkan saliva, cairan spinal atau urine penderita pada rongga alantoin embrio ayam atau pada sel ginjal kera. Adanya mumpsvirus ditunjukkan dengan uji hemaglutinasi inhibisi (HI Test).
Pengobatan
Penderita harus istirahat di tempat tidur dan diberi terapi simtomatis untuk mengurangi keluhannya. Jika terjadi orkitis, penderita diobatidengan Gamma globulin, Stilboesterol dan kortison.
Pencegahan
Untuk mencegah penyebaran mumpsvirus, diberikan gamma globulin hiperimun. Vaksinasi dengan menggunakan virus hidup yang dilemahkan dan dibiakkan pada embrio ayam ini berhasil memberi perlindungan terhadap infeksi mumps dengan memuaskan.
8.      SARS
Pengertian
Severe Acute Respiratory Syndrome/sindrom pernafasan akut berat adalah sindrom akibat infeksi virus paru yang mendadak dengan gangguan pernafasan. Penyebab sindrom ini diduga adalah Coronavirus.
Penularan
Virus SARS menyebar melalui kontak langsung dengan bahan infektif penderita misalnya dahak dan cairan tubuh penderita SARS melalui udara.
Gejala klinis
Gejala awal SARS berupa demam di atas 38ºC disertai menggigil, rasa sakit seluruh badan dan malaise. Sesudah 3-7 hari penderita menyembuh atau penyakit berjalan progresif. SARS yang progresif menimbulkan batuk kering, gangguan napas, napas pendek sehingga kadang-kadang membutuhkan bantuan pernapasan secara mekanik.
Diagnosis
Untuk menentukan diagnosis pasti SARS dilakukan pemeriksaan laboratorium virologi dengan mengirim sampel bahan infektif penderita ke Center for Disease Control di USA atau Canada.
Pengobatan
Penderita harus dirawat di Rumah Sakit dan diisolasi agar tidak menular ke orang lain. Kepada penderita diberika obat antivirus. Antibiotika juga diberikan apabila ditakutkan terjadi infeksi sekunder dengan bakteri. Selain itu steroid juga dapat diberikan.


Pencegahan
-          Mencegah penularan melalui udara, droplet
-          Menggunakan masker khusus yang berfiltrasi tinggi buat penderita
-          Mengenakan pakaian khusus dan pelindung mata
-          Mencuci tangan sesudah kontak dengan penderita atau bahan infektif penderita

b.      Penyakit Bakteri
1.      TBC Paru
Pengertian
Penyakit TBC disebabkan oleh bakteri Mikobakterium tuberkulosa. Sumber penularan adalah penderita TB BTA positif pada waktu batuk atau bersin, penderita menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk droplet (percikan dahak). Droplet yang mengandung kuman dapat bertahan di udara pada suhu kamar selama beberapa jam. Orang dapat terinfeksi kalau droplet tersebut terhirup kedalam saluran pernafasan. Setelah kuman TB masuk ke dalam tubuh manusia melalui pernafasan, kuman TB tersebut dapat menyebar dari paru kebagian tubuh lainnya, melalui sistem peredaran darah, sistem saluran limfe, saluran nafas, atau penyebaran langsung ke bagian-bagian tubuh lainnya.
Penularan
Penularan penyakit TBC adalah melalui udara yang tercemar oleh Mikobakterium tuberkulosa yang dilepaskan/dikeluarkan oleh si penderita TBC saat batuk, dimana pada anak-anak umumnya sumber infeksi adalah berasal dari orang dewasa yang menderita TBC. Masuknya Mikobakterium tuberkulosa kedalam organ paru menyebabkan infeksi pada paru-paru, dimana segeralah terjadi pertumbuhan koloni bakteri yang berbentuk bulat (globular).
Gejala Klinis
Gejala penyakit TBC yakni batuk dalam jangka waktu yang lama, demam tinggi serta sering keringat dingin.
Pengobatan 
Pengobatan bagi penderita penyakit TBC akan menjalani proses yang cukup lama, yaitu berkisar dari 6 bulan sampai 9 bulan atau bahkan bisa lebih. Penyakit TBC dapat disembuhkan secara total apabila penderita secara rutin mengkonsumsi obat-obatan yang diberikan dokter dan memperbaiki daya tahan tubuhnya dengan gizi yang cukup baik.
Selama proses pengobatan, untuk mengetahui perkembangannya yang lebih baik maka disarankan pada penderita untuk menjalani pemeriksaan baik darah, sputum, urine dan X-ray atau rontgen setiap 3 bulannya. Adapun obat-obtan yang umumnya diberikan adalah Isoniazid dan rifampin sebagai pengobatan dasar bagi penderita TBC, namun karena adanya kemungkinan resistensi dengan kedua obat tersebut maka dokter akan memutuskan memberikan tambahan obat sepertipyrazinamide dan streptomycin sulfate atau ethambutol HCL sebagai satu kesatuan yang dikenal ‘Triple Drug’.       
Pencegahan
a)      Status sosial ekonomi rendah yang merupakan faktor menjadi sakit, seperti kepadatan hunian, dengan meningkatkan pendidikan kesehatan.
b)      Tersedia sarana-sarana kedokteran, pemeriksaan penderita, kontak atau suspect gambas, sering dilaporkan, pemeriksaan dan pengobatan dini bagi penderita, kontak, suspect, perawatan.
c)      Pengobatan preventif, diartikan sebagai tindakan keperawatan terhadap penyakit inaktif dengan pemberian pengobatan INH sebagai pencegahan.
d)     BCG, vaksinasi, diberikan pertama-tama kepada bayi dengan perlindungan bagi ibunya dan keluarhanya. Diulang 5 tahun kemudian pada 12 tahun ditingkat tersebut berupa tempat pencegahan.
e)      Memberantas penyakti TBC pada pemerah air susu dan tukang potong sapi, dan pasteurisasi air susu sapi.
f)       Tindakan mencegah bahaya penyakit paru kronis karean menghirup udara yang tercemar debu para pekerja tambang, pekerja semen dan sebagainya.
g)      Pemeriksaan bakteriologis dahak pada orang dengan gejala tbc paru.
h)      Pemeriksaan screening dengan tubercullin test pada kelompok beresiko tinggi, seperti para emigrant, orang-orang kontak dengan penderita, petugas dirumah sakit, petugas/guru disekolah, petugas foto rontgen.
i)        Pemeriksaan foto rontgen pada orang-orang yang positif dari hasil pemeriksaan tuberculin test.
2.      Difteri
Pengertian
Difteri/ Diphteria adalah penyakit infeksi bakteri yang disebabkan oleh Corynebacterium diphteriae, yang umumnya menyerang membran mukosa yang melapisi hidung dan tenggorokan serta tonsil. Akibatnya tenggorokan menjadi terinflamasi dan inflamasi ini dapat menyebar ke kotak suara ( larynx) sehingga mempersempit saluran pernafasan.
            Penularan
            Penularan penyakit difteri terjadi melalui tetes udara yang dikeluarkan oleh penderita ketika batuk atau bersin. Penularan juga dapat terjadi melalui tissue/ sapu tangan atau gelas bekas minum penderita atau menyentuh luka penderita.
Anak-anak usia kurang dari 5 tahun dan orang tua usia diatas 60 tahun sangat beresiko tertular penyakit difteri, demikian pula mereka yang tinggal di lingkungan padat penduduk atau lingkungan yang kurang bersih dan juga mereka yang kurang gizi dan tidak diimunisasi DTP.
Gejala Klinis
a)    Ada membran tebal warna abu-abu yang melapisi tenggorokan dan tonsil ( ciri khas )
b)   Sakit tenggorokan dan suara serak
c)    Sakit ketika menelan
d)   Kelenjar getah bening di leher membengkak
e)    Kesulitan bernafas dan nafas cepat
f)    Keluar cairan dari hidung
g)   Demam dan menggigil
h)   Malaise
Tanda dan gejala umumnya muncul 2-5 hari setelah terinfeksi, namun mungkin juga baru muncul 10 hari kemudian
Pengobatan
Pengobatan penyakit difteri biasanya dokter akan memberikan antibiotik dan antitoksin, yaitu :
-          Eritromisin (oral atau dengan suntikan) selama 14 hari (40 mg / kg per hari dengan maksimum 2 g / d), atau
-          Prokain penisilin G diberikan intramuskuler selama 14 hari (300.000 U / hari untuk pasien dengan berat <10 kg dan 600.000 U / hari untuk orang dengan berat> 10 kg). Pasien dengan alergi terhadap penisilin G atau eritromisin dapat menggunakan rifampisin atau klindamisin
Pencegahan
Pencegahan penyakit difteri
 adalah dengan memberikan imunisasi DTP saat anak berumur 2, 4, 6, 18 bulan dan 5 tahun. Sedangkan pada usia 10 tahun dan 18 tahun diberikan imunisasi TD ( Toxoid Difteri ) saja. Bila pada suntikan DTP pertama terjadi reaksi yang berat maka sebaiknya suntikan berikut jangan diberikan DTP lagi melainkan DT saja (tanpa P). (Prof. DR.A.H. Markum, 2000).
3.      Demam scarlet
Pengertian
Demam Scarlet atau disebut juga Scarlatina merupakan penyakit yang sering muncul bersama-sama dengan radang tenggorokan. Penyakit yang banyak menyerang anak usia 5-15 tahun.
Penyebab 
Demam Scarlet dipicu oleh bakteri yang sama dengan penyebab radang tenggorokan, yakni Streptococcus. Bedanya, pada demam Scarlet yang memicu demam bukan bakterinya melainkan racun eksotoksin yang dikeluarkan bakteri tersebut.
Penularan
Penularan bisa terjadi dari orang ke orang melalui droplet atau butiran-butiran lendir yang tersembur saat bersin atau terbatuk. Masa inkubasi yang dibutuhkan sejak infeksi hingga munculnya gejala berkisar antara 2-4 hari.
Gejala Klinis
Hampir semua pasien demam Scarlet mengalami nyeri tenggorokan dan ruam kemerahan. Gejala lain yang sering menyertai penyakit ini adalah sebagai berikut:
a.       Ruam merah di sekitar leher dan dada, lalu meluas ke bagian tubuh yang lain
b.      Ruam di daerah lipatan-lipatan tubuh biasanya lebih gelap sehingga membentuk    garis merah
c.       Muka memerah
d.      Lidah tampak merah dan bertotol-totol dan sering disebut lidah strawberry
e.       Demam hingga 38,8 derajat celcius disertai menggigil
f.       Nyeri tenggorokan disertai radang yang tampak memerah dan bercak luka yang memutih
g.      Susah menelan
h.      Kelenjar limpa di leher membengkak
i.        Mual, muntah dan sakit kepala.
Pengobatan 
Umumnya demam Scarlet akan mereda dalam beberapa hari dengan pemberian antibiotik dan istirahat yang cukup. Anak boleh kembali masuk sekolah jika sudah mendapatkan antibiotik dan dinyatakan sembuh jika dalam 24 jam demamnya sudah tidak kambuh.
            Pencegahan
            Pencegahan yang dapat dilakukan yakni dengan menjaga kebersihan badan dan lingkungan. Serta melakukan istirahat yang cukup, memakai masker jika berada di luar ruangan dan  vaksinasi.
4.      Antraks
Pengertian
Penyakit antraks (anthrax) adalah penyakit zoonosis yang tersebar luas di seluruh dunia, terutama di daerah tropis dan subtropis. Penyebab penyakit akut yang banyak menimbulkan kematian ini adalah Bacillus anthracis yang dapat menyerang manusia maupun hewan.
Penularan
Antraks ditularkan secara langsung, masuk ke dalam kulit yang luka atau lecet, atau melalui folikel rambut. Penderita akan mengalami antraks kulit. Spora yang berada di tanah yang tertelan atau terhirup melalui udara pernapasan dapat menyebabkan infeksi antraks. Antraks paru (wool sorter disease) terjadi bila spora antraks terhirup melalui udara pernapasan. Antraks sering diderita oleh pekerja rumah potong hewan, pengolah kulit hewan, penyortir wol, petani dan peternak serta dokter hewan atau perawat hewan yang berhubungan dengan hewan sakit antraks atau yang mati karena antraks.
Diagnosis
Untuk menegakkan diagnosis pasti antraks, harus dilakukan pemeriksaan laboratorium bakteriologis untuk menemukan basil antraks. selain itu dapat dilakukan biakan kuman pada lempeng agar nutrien. Untuk membantu memperkuat diagnosis antraks dapat dilakukan uji serologi presipitasi (Ascoli test) dan pemeriksaan darah.
Pengobatan
Pemberian antibiotika, misalnya penisilin, tetrasiklin dan streptomisin cukup efektif untuk mengobati penyakit antraks. jika penderita mengalami toksis berat dapat diberikan serum Scalvo.
Pencegahan
a)      Ruang kerja harus bebas debu
b)      Semua hewan mati dan hewan sakit antraks harus dimusnahkan dengan mengubur atau membakarnya.
c)      Vaksinasi hewan ternak harus dilakukan di daerah wabah, disertai imunisasi terhadap pekerja yang berisiko tinggi tertular antraks dengan menggunakan vaksin yang bebas sel.
5.     Pertusis
Pengertian
Pertusis adalah penyakit saluran napas yang disebabkan oleh Bordetella pertusis. Pertusis adalah disebut juga sebagai tussis quinta, whooping cough, batuk rejan.
Penyebab
Penyebab pertusis adalah Bordetellah pertusis atau Haemophilus pertussis. Bordetella pertussis adalah suatu kuman tidak bergerak, gram negatif, dan di dapatkan dengan cara melakukan pengambilan usapan pada daerah nasofaring pasien pertusis kemudian ditanam pada media Bordet – gangou. Basil pertusis yang di dapatkan secara langsung adalah tipe antigentik fase I, sedangkan yang diperoleh melalui pembiakan dalam bentuk lain ialah fase II, III dan IV.
Penularan
Pertusis menular melalui droplet batuk dari pasien yg terkena penyakit ini dan kemudian terhirup oleh orang sehat yg tidak mempunyai kekebalan tubuh, antibiotik dapat diberikan untuk mengurangi terjadinya infeksi bakterial yang mengikuti dan mengurangi kemungkinan memberatnya penyakit ini (sampai pada stadium catarrhal) sesudah stadium catarrhal antibiotik tetap diberikan untuk mengurangi penyebaran penyakit ini, antibiotik juga diberikan pada orang yg kontak dengan penderita, diharapkan dengan pemberian seperti ini akan mengurangi terjadinya penularan pada orang sehat tersebut.
Diagnosis laboratorium
Diagnosis yang pasti tergantung pada diasingkannya Bordetella pertussis dari penderita. Hasil isolasi tertinggi diperoleh pada stadium kataral, dan kuman pertusis biasanya tidak dapat ditemukan lagi setelah 4 minggu pertama sakit. Bahan pemeriksaan berupa usapan nasofaring penderita atau dengan menampung batuk secara langsung pada perbenihan. Isolasi Bordetella pertussis dari bahan klinik sangat bergantung pada transportasi dan pengolahan bahan tersbeut. 
Bila diperlukan lebih dari 2 jam sebelum bahan tersebut sampai di laboratorium, sebaiknya bahan pemeriksaan tadi ditanam pada perbenihan Stuart (dimodifikasikan). Penambahan penicillin 0,25-0,5 unit/ml di dalam perbenihan kedua adalah berguna untuk menghambat pertumbuhan kuman positif gram saluran pernafasan, tanpa mengurangi pertumbuhan kuman pertusis. 
Pengobatan
1.      Antibiotika
a.       Eritromisin dengan dosis 50 mg/kb bb/ hari dibagi dalam 4 dosis. Obat ini menghilangkan B. Pertussis dari nasofaring dalam 2-7 hari (rata-rata 3-6 hari) dan dengan demikian memperpendek kemungkinan penyebaran infeksi.
b.      Ampisillin dengan dosis 100mg/ kg bb/ hari dibagi 4 dosis.
c.       Lain-lain : rovamisin, kotrimoksazol, kloramfenikol, tetrasiklin
2.      Ekspektoransia dan mukolitik
3.      Kodein diberikan bila terdapat batuk-batuk yang hebat sekali
4.      Luminal sebagai sedativa.
Pencegahan
Cara pencegahan terbaik terhadap pertusis adalah dengan imunisasi dan dengan mencegah kontak langsung dengan penderita. Vaksin yang dipergunakan biasanya merupakan kombinasi toksoid difteri dan tetanus dengan vaksin pertusis (vaksin DPT). Imunitas yang diperoleh baik karena infeksi alamiah maupun karena imunisasi aktif, tidak berlangsung untuk seumur hidup. 
6.     PES Paru
Pengertian
Penyakit pes (plague) adalah penyakit infeksi yang sangat menular sehingga sering menimbulkan epidemi dan pandemi yang sangat luas. Penyebab Pes adalah kuman Yersinia pestis.
Penularan Pes
Penyakit pes sebenarnya adalah penyakit menular pada tikus kota (Rattus norvegicus) dan tikus rumah (Rattus rattus) yang infeksinya menyebar melalui gigitan pinjal tikus. Selain itu kuman pes dapat menular melalui udara (droplet infection) berasal dari penderita pes paru.
Gejala klinis
Penyakit pes paru juga disebut Pes pneumonia. Gejala klinisnya berupa batuk, demam dan gejala-gejala pneumonia yang disertai batuk darah. Penderita sering mengalami sianosis karena gangguan pernapasan berat yang dideritanya.
Diagnosis
Kuman Yersinia pestis dapat diisolasi dari darah, dahak dan nanah penderita yang kemudian diperiksa di bawah mikroskop untuk menentukan diagnosis pasti penyakit pes.
Pengobatan
Pada stadium dini, penderita dapat diobati dengan streptomisin, tetrasiklin atau kloramfenikol.
Pencegahan
a.    Penderita pes harus diisolasi dan segera diobati
b.    Orang yang pernah kontak dengan penderita harus dikarantina dan diawasi
c.    Orang yang akan berkunjung ke daerah endemik pes harus divaksinasi
d.   Pemberantasan tikus dan roden menggunakan rodentisida, sedangkan pinjal tikus diberantas dengan insektisida.
7.      Stafilokokosis
Pengertian
Infeksi dengan kuman Staphyllococcus aureus pada manusia menimbulkan gangguan pencernaan berupa gastroenteritis, keracunan makanan atau toksikosis usus. Penyebabnya adalah enterotoksin yang dihasilkan oleh kuman ini, yang tahan terhadap pemanasan 100ºC selama 30 menit.
Penularan
Sumber utama penularan adalah manusia, sedangkan hewan sapi, anjing dan unggas dapat menjadi sumber infeksi. Penularan kuman dapat terjadi melalui udara karena batuk, meludah atau bersin.
Gejala klinis
Sebagian penderita mengalami demam ringan. Pada infeksi berat, penderita mengeluh sakit kepala, tekanan darah menurun dan juga mengalami berak darah dan lendir.
Diagnosis
Ditentukan dengan ditemukannya kuman Staphyllococcus aureus pada bahan muntahan penderita, tinja atau makanan yang diduga menjadi penyebab penyakit.
Pengobatan
Stafilokokosis dapat diobati dengan antibiotika, misalnya siprofloksasin,disertai dengan pemberian cairan pengganti kekurangan cairan tubuh dan elektrolit.
Pencegahan
a.    Penderita dilarang menangani proses pembuatan makanan karena merupakan sumber penularan
b.    Perlu diberikan pendidikan tentang higine sanitasi makanan
c.    Bahan makanan harus disimpan di dalam lemari es untuk mencegah berkembang biaknya bakteri
d.   Produk daging dari rumah potong hewan harus selalu diawasi
8.      Meningitis
Pengertian
Penyakit meningitis adalah infeksi pada lapisan otak dan urat saraf tulang belakang. Meningitis merupakan infeksi yang dapat mengancam nyawa.  Bila tidak ditangani dapat terjadi pembengkakan otak, kecacatan tetap, koma bahkan kematian.
Penularan
Penyakit meningitis yang disebabkan oleh bakteri tertentu dan merupakan penyakit yang serius. Salah satu contoh bakterinya yaitu Meningococcal bacteria.Penyakit ini menular melalui kontak dengan udara bebas.
            Gejala
Gejala awal penyakit meningitis yaitu demam, sakit kepala, kaku kuduk, sakit tenggorokan, dan muntah. Selain itu juga pada orang dewasa menjadi lebih mudah tersinggung, linglung, dan sangat mengantuk, hingga terjadi penurunan kesadaran koma bahkan meninggal.
Pencegahan
Menjaga hygiene merupakan cara yang paling baik untuk menghindari transmisi penyakit. Antibiotik diberikan untuk mencegah meningitis pada orang yang kontak dekat dengan orang yang menderita meningitis.
c.       Penyakit Jamur

1.     Aspergilosis
Pengertian
Aspergilosis merupakan penyakit jamur Aspergillus yang banyak dijumpai di daerah tropis.
Penularan
Penularan terjadai melalui udara yang terhirup yang mengandung bahan infektif yang berasal dari kotoran burung dan unggas lainnya. Penularan juga bisa berasal dari penderita aspergilosis bronkopulmoner alergika yang batuk-batuk atau bersin-bersin.
Gejala klinis
Penyakit yang ringan keluhan dan gejala dapat berupa sinusitis, batuk dan demam. Pada aspergilosis paru yang invasif gejalanya demam, nyeri dada, hemoptisis, batuk berdahak mukopurulen, gambaran bronkopulmoner akut maupun kronis.
Diagnosis
Pemeriksaan mikroskopis dan biakan jamur atas dahak atau cucian bronkial dapat menemukan jamur Aspergillus. Pemeriksaan serologi menggunakan antigen dan uji kepekaan dan pemeriksaan elektroforesis membantu diagnosis aspergilosis.
Pengobatan
Amfoterisin B yang diberikan melalui infus perlahan-lahan dapat memberantas jamur yang ada di jaringan. Itrakonazol dapat diberikan per oral sedangkan preparat iodida diberikan untuk pengobatan lokal. Untuk mempercepat pengeluaran jamur dari abses, dapat dilakukan drainase abses.
Pencegahan
a.         Menjaga kebersihan lingkungan
b.         Sekreta unggas harus dihindari
c.         Penderita aspergilosis yang batuk kronis akibat aspergilosis juga harus dijauhi

2.      Histoplasmosis
Pengertian
Histoplasmosis yaitu penyakit jamur yang menyerang organ-organ viseral.Penyebabnya adalah Histoplasma capsulatum atau Histoplasma duboisii.
Penularan
Infeksi melalui udara akan menimbulkan lesi primer di paru-paru, yang dapat menyebar ke organ-organ viseral lainnya secara hematogen jika jaringan paru mengalami kerusakan.
Gejala klinis
Sebagian besar penderita histoplasmosis tidak menunjukkan gejala klinis atau keluhan yang nyata. Hanya jika terjadi infeksi melalui pernapasan dalam jumlah besar akan menimbulkan gejala klinis pneumonia.
Diagnosis
Bisa dilakukan melalui pemeriksaan mikroskopis. Selain itu bisa juga dengan pemeriksaan uji kulit histoplasmin, dan penentuan diagnosis serologi dapat membantu menegakkan diagnosis histoplasmosis.
Pengobatan
Dapat diobati dengan amfoterisin B selama 10-12 minggu. Selain itu dapat diberikan ketokonazol. Pengobatan suportif dan istirahat cukup.
Pencegahan
1.      Penyemprotan larutan formalin pada tanah dapat merusak jamur Histoplasma yang berada di permukaan tanah
2.      Hindari kontak dengan konidia jamur dan tidak bermukim di daerah endemis jamur ini.




d.      Penyakit Jamur
1.      Askariasis
Penyebab
Askariasis disebabkan oleh cacing Ascaris lumbricoides yang oleh masyarakat umum dikenal sebagai cacing gelang.
Penularan
Penularan askariasis dapat terjadi melalui beberapa jalan, yaitu telur infektif masuk mulut bersama makanan dan minuman yang tercemar, melalui tangan yang kotor, atau telur infektif terhirup melalui udara bersama debu.
Gejala klinis
Pada manusia cacing dewasa dapat menimbulkan berbagai akibat mekanik, yaitu obstruksi usus, intususepsi, dan perforasi ulkus yang ada di usus.
Diagnosis
Diagnosis pasti askariasis ditegakkan jika melalui pemeriksaan makroskopis terhadap tinja atau muntahan penderita ditemukan cacing dewasa.
Pengobatan
Piperasin dan berbagai obat cacing lain masih dapat digunakan untuk mengobati penderita askariasis.
Pencegahan
1.      Membuat kakus yang baik untuk menghundari pencemaran tanah dengan tinja penderita
2.      Mencegah masuknya telur cacing yang mencemari makanan atau minuman dengan selalu memasak makanan dan minuman sebelum dumakan atau diminum
3.      Menjaga kebersihan perorangan
           
e.       Penyakit Protozoa
1.      Toksoplasmosis
Penyebab
Penyakit ini disebabkan oleh Toxoplasma gondii menyebabkan penyakit toksoplasmosis pada manusia dan hewan. Parasit ini dapat menimbulkan radang pada kulit, kelenjar getah bening, jantung, paru, mata, otak dan selaput otak.
Penularan
Penularan pada manusia dapat terjadi melalui dapatan (acquired) atau secara kongenital dari ibu ke bayi yang dikandungnya.Secara dapatan, penularan dapat terjadi melalui makanan mentah atau kurang masak yang mengandung psedokista (dalam daging, susu sapi atau telur unggas), penularan melalui udara atau droplet infection (berasal dari penderita pneumonitis toksoplasmosis) dan melalui kulit yang kontak dengan jaringan yang infektif atau ekskreta hewan misalnya kucing, anjing, babi atau roden yang sakit.
Gejala klinis
Pada orang dewasa, gejala klinik tidak jelas dan tidak ada keluhan penderita. Gejala yang jelas terjadi pada penderita yang menderita toksoplasmosis kongenital karena luasnya kerusakan organ dan sistem saraf penderita (bayi dan anak).
Diagnosis
Diagnosis pasti ditetapkan sesudah dilakukan pemeriksaan mikroskopik histologis secara langsung atau hasil biopsi atau pungsi atau otopsi atas jaringan penderita, dan pemeriksaan jaringan berasal dari hewan coba yang diinokulasi dengan bahan infektif.
Pengobatan
Pengobatan antiparasit sebaiknya diberikan dalam bentuk kombinasi yaitu Pirimetamin dengan Sulfadiasin.
Pencegahan
1.      Selalu memasak makanan dan minuman
2.      Menghindari kontak langsung dengan daging atau jaringan hewan yang sedang diproses
3.      Menjaga kebersihan lingkungan
4.      Hewan-hewan penderita toksoplasmosis juga harus segera diobati atau dimusnahkan
Kimia
1.        Asbestosis
Pengertian
Asbestosis adalah suatu penyakit saluran pernafasan yang terjadi akibat menghirup serat-serat asbes, dimana pada paru-paru terbentuk jaringan parut yang luas. Asbestos terdiri dari serat silikat mineral dengan komposisi kimiawi yang berbeda. Jika terhisap, serat asbes mengendap di dalam dalam paru-paru, menyebabkan parut. Menghirup asbes jugs dapat menyebabkan penebalan pleura atau selaput yang melapisi paru-paru (www.dokter-online.co.nr, 2006).
Asbestosis dan abses pleural adalah penyakit non malignant yang pelan-pelan menjadi progresif. Asbes ini dapat menyebabkan perusakan atau palemahan pada fungsi paru termasuk pengurangan kapasitas paru, pembatasan bernafas, serfs penurunan kemampuan untuk memindahkan oksigen dari udara kedalam darah. Dalam literature lain menyebutkan bahwa asbestosis adalah proses interstitial yang perlahan-lahan berkembang menjadi fibrosis paru-paru non­nodular difus yang mengenai saluran nafas terminal, alveoli dan pleura (Price SA, 1995).
Penyebab
Penyebab asbestosis adalah serat asbes, dimana serat asbes sukar untuk dihancurkan, bahkan oleh makrofag. Ketika makrofag mencoba untuk mencernakan serat asbes, sering mengalami kegagalan sebab seratnya terlalu kuat dan ikatan rantainya sangat kuat untuk diuraikan. Pada proses ini, makrofag menghasilkan unsur yang diharapkan dapat menghancurkan benda asing, tetapi hal itu dapat juga merugikan alveoli. Hal ini akan menyebabkan terjadinya inflamasi pada alveoli dan secepatnya dapat meninggalkan parut.
Diagnosa
Pada pemeriksaan fisik dengan menggunakan stetoskop, akan terdengar suara ronki. Untuk memperkuat diagnosis, biasanya dilakukan pemeriksaan berikut:
Penyebaran
Debu asbes yang terhirup masuk ke dalam paru-paru akan mengakibatkan gejala sesak napas dan batuk-batuk yang disertai dengan dahak. Ujung-ujung jari penderitanya akan tampak membesar / melebar. Apabila dilakukan pemeriksaan pada dahak  maka akan tampak adanya debu asbes dalam dahak tersebut. Pemakaian asbes untuk berbagai macam keperluan kiranya perlu diikuti dengan kesadaran akan keselamatan dan kesehatan lingkungan agar jangan sampai mengakibatkan asbestosis ini.
Pengobatan
Pengobatan suprotif untuk mengatasi gejala yang timbul adalah membuang lendir/dahak dari paru-paru melalui prosedur postural drainase
Tujuan perawatan adalah untuk membantu pasien dapat bernapas dengan mudah, mencegah infeksi pernapasan, dan mencegah komplikasi lebih lanjut. Antibiotik dimaksudkan untuk menyerang infeksi. Aspirin atau Acetominophen (Tylenol) dapat membebaskan ketidaknyaman dan bronchodilators oral atau inhalasi dan melabarkan saluran napas. Diuretik atau digitalis glycoside digunakan untuk beberapa pasien. Pada sebagian orang yang mungkin memerlukan oksigen sebagai tambahan.
Dapat diberikan obat semprot untuk mengencerkan lendir. Pengobatan suportif untuk mengatasi gejala yang timbul adalah membuang lendir/oahak dari paru-paru melalui prosedur postural drainase. Kadang-kadang dilakukan pencangkokan paru-paru. Mesotelioma berakibat fatal, kemoterapi tidak banyak bermanfaat dan pengangkutan tumor tidak menyembuhkan kanker (Aditama TY, 1992).

Pencegahan
1.      Health Promotion
a.      Pendidikan kesehatan kepada pekerja
b.      Peningkatan dan perbaikan gizi pekerja
c.       Perkembangan kejiwaan pekerja yang sehat
d.      Penyediaan tempat dan lingkungan kerja yang sehat
e.       Pemeriksaan sebelum bekerja (Effendy, 1997)
2.      Specific Protection
a.    Penggunaan masker bagi pekerja yang beresiko tinggi dapat mengurangi pemaparan.
b.    Asbestosis dapat dicegah dengan mengurangi kadar serat dan debu asbes di lingkungan kerja.
c.    Pengendalian penggunaan asbes di tempat kerja ini adalah metoda yang paling efektif untuk mencegah asbestosis.
d.   Ventilasi udara yang cukup di ruang kerja
e.    Untuk mengurangi resiko terjadinya kanker paru-paru, kepada para pekerja yang berhubungan dengan asbes, dianjurkan untuk berhenti merokok.
f.     Guna menghindari sumber penyakit yang akan tersebar pada pihak keluarga, disarankan setiap pekerja untuk mencuci pakaian kerjanya di pabrik, dan menggantinya dengan pakaian bersih untuk kembali ke rumah. Sehingga semua pakaian kerja tidak ada yang dibawa pulang, dan pekerja membersihkan diri atau mandi sebelum kembali ke rumah masing-masing (Aditama TY, 1992).
3.      Early Diagnostic
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan:
a.    Terdengar suara ronki keying
b.    Diikuti dengan keluhan takipnue, dan sianosis
c.    Dapat terlihat adanya jari tabuh.
d.   Pergerakan dada menjadi berkurang
e.    pada stadium lanjut dapat ditemukan kor pulmonal dan mungkin gagal jantung (Aditama TY, 1992).
Penyaringan terhadap para pekerja yang beresiko dapat mengungkapkan inflamasi pada paru-paru dan karakteristik lesi dari asbestosis. Rekam medis pasien dapat mengidentifi-kasi pekerjaan, kegemaran, atau hal lain yang mungkin dapat merupakan faktor yang melibatkan ekspose serabut asbes.
Sinar X dapat menunjukkan gambaran bayang-bayang atau bintik-bintik pada bagian atas paru-paru atau suatu garis besar yang menyerupai bulu-bulu kasar atau bayangan jantung yang tak jelas, yang memungkinkan terjadinya asbestosis (www.Braytun+Purcell, 2005)
Dapat diberikan obat semprot untuk mengencerkan lendir. Pengobatan suportif untuk mengatasi gejala yang timbul adalah membuang lendir/oahak dari paru-paru melalui prosedur postural drainase. Kadang-kadang dilakukan pencangkokan paru-paru. Mesotelioma berakibat fatal, kemoterapi tidak banyak bermanfaat dan pengangkutan tumor tidak menyembuhkan kanker (Aditama TY, 1992).
2.        Silikosis
Pengertian
Silikosis (Silicosis) adalah suatu penyakit saluran pernafasan akibat menghirup debu silika, yang menyebabkan peradangan dan pembentukan jaringan parut pada paru-paru.
Silikon dioksida (silika, SiO2) merupakan senyawa yang umum ditemui dalam kehidupan sehari-hari dan banyak digunakan sebagai bahan baku industri elektronik. Silikon dioksida kristalin dapat ditemukan dalam berbagai bentuk yaitu sebagai quarsa, kristobalit dan tridimit. Pasir di pantai juga banyak mengandung silika. Silikon dioksida terbentuk melalui ikatan kovalen yang kuat, serta memiliki struktur lokal yang jelas: empat atom oksigen terikat pada posisi sudut tetrahedral di sekitar atom pusat yaitu atom silikon.
Terdapat 3 jenis silikosis:             
1.      Silikosis kronis simplek, terjadi akibat pemaparan sejumlah kecil debu silika dalam jangka panjang (lebih dari 20 tahun).
Nodul-nodul peradangan kronis dan jaringan parut akibat silika terbentuk di paru-paru dan kelenjar getah bening dada.
2.      Silikosis akselerata, terjadi setelah terpapar oleh sejumlah silika yang lebih banyak selama waktu yang lebih pendek (4-8 tahun). 
Peradangan, pembentukan jaringan parut dan gejala-gejalanya terjadi lebih cepat.
3.      Silikosis akut, terjadi akibat pemaparan silikosis dalam jumlah yang sangat besar, dalam waktu yang lebih pendek.
Paru-paru sangat meradang dan terisi oleh cairan, sehingga timbul sesak nafas yang hebat dan kadar oksigen darah yang rendah.
Penyebab
Silikosis terjadi pada orang-orang yang telah menghirup debu silika selama beberapa tahun. Silika adalah unsur utama dari pasir, sehingga pemaparan biasanya terjadi pada:
a.       Buruh tambang logam
b.      Pekerja pemotong batu dan granit
c.       Pekerja pengecoran logam
d.      Pembuat tembikar
Biasanya gejala timbul setelah pemaparan selama 20-30 tahun. Tetapi pada peledakan pasir, pembuatan terowogan dan pembuatan alat pengampelas sabun, dimana kadar silika yang dihasilkan sangat tinggi, gejala dapat timbul dalam waktu kurang dari 10 tahun.
Bila terhirup, serbuk silika masuk ke paru-paru dan sel pembersih (misalnyamakrofag) akan mencernanya. Enzim yang dihasilkan oleh sel pembersih menyebabkan terbentuknya jaringan parut pada paru-paru.
Pada awalnya, daerah parut ini hanya merupakan bungkahan bulat yang tipis (silikosis noduler simplek). Akhirnya, mereka bergabung menjadi massa yang besar (silikosis konglomerata).Daerah parut ini tidak dapat mengalirkan oksigen ke dalam darah secara normal. Paru-paru menjadi kurang lentur dan penderita mengalami gangguan pernafasan. 
Gejala
Penderita silikosis noduler simpel tidak memiliki masalah pernafasan, tetapi mereka bisa menderita batuk berdahak karena saluran pernafasannya mengalami iritasi (bronkitis).
Silikosis konglomerata bisa menyebabkan batuk berdahak dan sesak nafas. Mula-mula sesak nafas hanya terjadi pada saat melakukan aktivitas, tapi akhirnya sesak timbul bahkan pada saat beristirahat.
Keluhan pernafasan bisa memburuk dalam waktu 2-5 tahun setelah penderita berhenti bekerja. Kerusakan di paru-paru bisa mengenai jantung dan menyebabkan gagal jantung yang bisa berakibat fatal. Jika terpapar oleh organisme penyebab tuberkulosis (Mycobacterium tuberculosis, penderita silikosis mempunyai resiko 3 kali lebih besar untuk menderita tuberkulosis.
Gejala tambahan yang mungkin ditemukan, terutama pada silikosis akut:
a.       Demam
b.      Batuk
c.       Penurunan berat badan
d.      Gangguan pernafasan yang berat.
Diagnosa
Pemeriksaan yang dilakukan:
a.       Rontgen dada (terlihat gambaran pola nodul dan jaringan parut)
b.      Tes fungsi paru
c.       Tes PPD (untuk TBC).          
Pengobatan
Tidak ada pengobatan khusus untuk silikosis. Untuk mencegah semakin memburuknya penyakit, sangat penting untuk menghilangkan sumber pemaparan. Terapi suportif terdiri dari obat penekan batuk, bronkodilator dan oksigen. Jika terjadi infeksi, bisa diberikan antibiotik. 
Hal lain yang perlu dipertimbangkan adalah:
a.       Membatasi pemaparan terhadap silica
b.      Berhenti merokok
c.       Menjalani tes kulit untuk TBC secara rutin.
Penderita silikosis memiliki resiko tinggi menderita tuberkulosis (TBC), sehingga dianjurkan untuk menjalani tes kulit secara rutin setiap tahun. . Silika diduga mempengaruhi sistem kekebalan tubuh terhadap bakteri penyebab TBC.  Jika hasilnya positif, diberikan obat anti TBC. 
Pencegahan
Silicosis dapat dicegah dengan memastikan kadar silika selalu di bawah ambang batas. Itu sebab, dust sampling (uji debu) perlu dilakukan berkala untuk memantau kadar silika pada suatu area kerja. Jika ditemukan kadar diatas ambang batas, tindakan perbaikan mesti dilakukan.
Tindakan pencegahan paling umum adalah dengan membasahi permukaan tanah dan bijih. Mesin-mesin yang berpotensi menimbulkan debu (mis: belt conveyor) juga mesti diberi pelindung agar debu tidak tersebar. Sedang di tambang bawah tanah, ventilasi yang cukup merupakan prasyarat penting untuk mengurangi kadar debu.
Agar perlindungan menjadi maksimal, pekerja mesti dibekali dengan respirator (masker anti debu). Respirator dilengkapi dengan filter hingga mampu mencegah partikel debu terhirup ke dalam paru-paru.
3.        Asma
Pengertian
Adalah keadaan saluran napas yang mengalami penyempitan karena hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu, yang menyebabkan peradangan. Asma akibat kerja adalah penyakit yang ditandai dengan adanya obstruksi saluran nafas yang reversible / saluran nafas yang hiperresponsif terhadap berbagai sebab / kondisi yang berhubungan dengan lingkungan kerja tertentu dan tidak terhadap rangsangan yang berasal dari luar tempat kerja.
Penyebab
Pada penderita asma, penyempitan saluran pernapasan merupakan respon terhadap rangsangan yang pada paru-paru normal tidak akan memengaruhi saluran pernapasan. Penyempitan ini dapat dipicu oleh berbagai rangsangan, seperti serbuk sari, debu, bulu binatang, asap, udara dingin dan olahraga. Dalam hal ini, asma juga dapat dipicu oleh karena terlalu sering kontak udara dengan pestisida.
Gejala
Beberapa penderita lebih sering terbebas dari gejala dan hanya mengalami serangan serangan sesak napas yang singkat dan ringan, yang terjadi sewaktu-waktu. Penderita lainnya hampir selalu mengalami batuk dan mengi (bengek) serta mengalami serangan hebat setelah menderita suatu infeksi virus, olah raga atau setelah terpapar oleh alergen maupun iritan. Menangis atau tertawa keras juga bisa menyebabkan timbulnya gejala dan juga sering batuk berkepanjangan terutama di waktu malam hari atau cuaca dingin.
Suatu serangan asma dapat terjadi secara tiba-tiba ditandai dengan napas yang berbunyi (mengi, bengek), batuk dan sesak napas. Bunyi mengi terutama terdengar ketika penderita menghembuskan napasnya. Di lain waktu, suatu serangan asma terjadi secara perlahan dengan gejala yang secara bertahap semakin memburuk. Pada kedua keadaan tersebut, yang pertama kali dirasakan oleh seorang penderita asma adalah sesak napas, batuk atau rasa sesak di dada. Serangan bisa berlangsung dalam beberapa menit atau bisa berlangsung sampai beberapa jam, bahkan selama beberapa hari.
Gejala awal pada anak-anak bisa berupa rasa gatal di dada atau di leher. Batuk kering di malam hari atau ketika melakukan olah raga juga bisa merupakan satu-satunya gejala.
Selama serangan asma, sesak napas bisa menjadi semakin berat, sehingga timbul rasa cemas. Sebagai reaksi terhadap kecemasan, penderita juga akan mengeluarkan banyak keringat.
Pada serangan yang sangat berat, penderita menjadi sulit untuk berbicara karena sesaknya sangat hebat. Kebingungan, letargi (keadaan kesadaran yang menurun, dimana penderita seperti tidur lelap, tetapi dapat dibangunkan sebentar kemudian segera tertidur kembali) dan sianosis (kulit tampak kebiruan) merupakan pertanda bahwa persediaan oksigen penderita sangat terbatas dan perlu segera dilakukan pengobatan. Meskipun telah mengalami serangan yang berat, biasanya penderita akan sembuh sempurna,
Kadang beberapa alveoli (kantong udara di paru-paru) bisa pecah dan menyebabkan udara terkumpul di dalam rongga pleura atau menyebabkan udara terkumpul di sekitar organ dada. Hal ini akan memperburuk sesak yang dirasakan oleh penderita.
Pengobatan
Pengobatan biasanya dilakukan dengan mengkonsumsi obat-obatan medis seperti Agonis reseptor beta-adregenik, bronkodilator, corticosteroid.
Pencegahan
Pencegahan akibat paparan pestisida dapat dilakukan dengan cara mengenakan masker atau alat pelindung diri lainnya yang mengurangi kemungkinan kontak dengan udara yang terpapar pestisida.

4.    Sindroma Goodpasture
Pengertian
Sindroma Goodpastur adalah penyakit langka yang berupa penyakit autoimun yang menyerang pada ginjal dan paru. Autoimun itu sendiri adalah suatu kondisi dimana sistem pertahanan tubuh bereaksi terhadap bagian tubuh yang lainnya. Pada kondisi normal sistem imun menciptakan antibodi untuk menyerang kuman. Pada sindroma Goodpasture, sistem imun membentuk antibodi yang menyerang paru-paru dan ginjal.
Penyebab
Sejumlah penelitian menemukan beberapa kemungkinan penyebab, yaiitu adanya suatu komponen yang diwariskan, terekspose bahan kimia tertentu, termasuk cairan hidrokarbon, pembunuh rumput liar dan juga infeksi virus.
Gejala
Wajah Pucat, Kelelahan, Kesulitan Bernapas, Mual, Pembakaran (Selama Buang Air Kecil), Sesak Nafas, Batuk (Darah), Pembengkakan, Pengurangan Buang Air kecil, Batuk (Kering).
Pengobatan
Transplantasi, Dialisis,
Pencegahan
Pencegahan dapat dilakukan dengan mengurangi kontak seminim mungkin dengan udara yang terkontaminasi hidrokarbon atau zat kimia lain seperti menghirup bensin dan lem.
D.                Penyakit Tidak Menular
Biologis
1.      Urtikaria ( Biduran )
Pengertian  
Urtikaria ialah reaksi di kulit akibat bermacam-macam sebab, biasanya ditandai dengan edema (bengkak) setempat yang cepat timbul dan menghilang perlahan-lahan, berwarna pucat dan kemerahan, meninggi di permukaan kulit serta disertai keluhan gatal, rasa tersengat atau tertusuk. Di Indonesia, urtikaria dikenal dengan nama lain biduran atau kaligata. Angioedema adalah urtika yang mengenai lapisan kulit yang lebih dalam dan dapat mengenai saluran napas, saluran cerna dan organ kardiovaskular. Berdasarkan lama serangan dapat dibedakan menjadi urtikaria akut bila serangan berlangsung kurang dari 6 minggu dan urtikaria kronik bila lebih dari 6 minggu. Urtikaria sering dijumpai pada semua umur

Penyebab

Pada penyelidikan ternyata hampir 80% tidak diketahui penyebabnya. Diduga penyebab urtikaria bermacam-macam, diantaranya:Obat. Contohnya adalah antibiotik golongan penisilin, aspirin, obat-obatan hormonal, vaksinasi, pil kontrasepsi pencahar, kodein, opium,dll.Makanan. Contohnya adalah susu, keju, telur, gandum, ikan, ayam, dll. Zat pewarna, penyedap rasa atau bahan pengawet juga dapat menimbulkan urtikaria.Inhalan. Contohnya serbuk sari bunga, debu, bulu binatang.Kontaktan. Contohnya adalah kutu dan air liur binatang, serbuk tekstil, bahan kimia, bahan kosmetik, tumbuh-tumbuhan dan buah-buahan.Trauma fisik. Dapat diakibatkan oleh faktor dingin seperti berenang, memegang benda dingin maupun faktor panas seperti sinar matahari dan panas pembakaran. Faktor tekanan seperti goresan, pakaian ketat, semprotan air, vibrasi dan tekanan berulang-ulang seperti pijatan juga dapat menimbulkan urtikaria. Infeksi. Berbagai macam infeksi bakteri, jamur, virus dan parasit dapat mencetuskan urtikaria, begitu juga halnya dengan infestasi cacing juga bisa mencetuskan urtikaria.Stress. Stress emosional dapat meningkatkan kemungkinan seseorang mengalami urtikaria.Reaksi transfusi darah.Penyakit sistemik. Beberapa penyakit dan keganasan dapat menimbulkan urtikaria. Beberapa penyakit sistemik yang sering disertai urtikaria antara lain limfoma, hipertiroid, hepatitis, sistemik lupus eritematosus, dll.Gigitan serangga. Gigitan serangga dapat menimbulkan urtikaria setempat di sekitar tempat gigitan, biasanya sembuh sendiri
Gejala
Keluhan utama biasanya gatal, rasa terbakar atau tertusuk. Tampak eritema (kemerahan) dan edema (bengkak) setempat berbatas tegas, kadang-kadang bagian tengah tampak lebih pucat. Bercak dapat timbul dalam berbagai ukuran. Satu urtika sendiri dapat bertahan dari 30 menit sampai 36 jam. Bila satu urtika menghilang, urtika lain dapat muncul kembali. Bila mengenai jaringan kulit yang lebih dalam dan beberapa organ dalam, misalnya saluran cerna dan napas, disebut angioedema. Angioedema ditandai dengan adanya pembengkakan, jaringan yang lebih sering terkena adalah muka, biasanya di sekitar mata dan mulut, namun dapat juga mengenai tenggorokan, lidah, tangan, kaki dan genitalia. Pembengkakan biasanya tidak gatal, tapi terasa nyeri atau terbakar. Sekitar 40% penderita urtikaria kronis akan menderita angioedema. Pada beberapa kasus, dapat terjadi reaksi alergi yang lebih hebat. Reaksi dapat dimulai dengan munculnya urtika dan angioedema serta segera menjadi progresif dengan munculnya gejala-gejala yang serius. Reaksi yang sangat serius yang merupakan keadaan bahaya yang dapat mengancam nyawa dikenal dengan reaksi anafilaksis yang gejalanya meliputi pembengkakakn pada wajah, lidah dan kerongkongan, suara mengi saat bernafas, sesak nafas, susah menelan, rasa berat di dada, detak jantung cepat dan tidak teratur, pusing dan kehilangan kesadaran. Keadaan-keadaan ini merupakan keadaan gawat darurat dan harus mendapat pertolongan segera.

Diagnosis  
Beberapa pemeriksaan penunjang diperlukan untuk membuktikan penyebab urtikaria dan disesuaikan dengan indikasinya.Pemeriksaan darah, air seni dan tinja rutin untuk menilai ada tidaknya infeksi yang tersembunyi atau kelainan pada alat dalam. Pemeriksaan gigi, telinga-hidung-tenggorok perlu untuk menyingkirkan infeksi fokal.
Pemeriksaan imunologis seperti pemeriksaan kadar IgE, eosinofil dan komplemen.Tes kulit, walaupun terbatas kegunaannya dapat dipergunakan untuk membantu diagnosis. Uji gores dan uji tusuk dapat dipergunakan untuk mencari alergen.Tes eliminasi makanan dengan cara menghentikan semua makanan yang dicurigai untuk beberapa waktu, lalu mencobanya kembali satu per satu.Pada urtikaria fisik akibat sinar dapat dilakukan tes foto tempel.Tes dengan es. Tes dengan air hangat.
Pengobatan
Pengobatan yang paling ideal tentu saja mengobati penyebab atau bila mungkin menghindari penyebab yang dicurigai. Bila tidak mungkin, paling tidak mencoba mengurangi penyebab tersebut, sedikit-dikitnya tidak menggunakan dan tidak berkontak dengan penyebabnya.
Berikut beberapa tips untuk mempermudah mengetahui pencetus dari urtikaria adalah dengan memberitahu dokter mengenai:
Semua obat (baik yang diresepkan maupun tidak) yang dapat diminum, walaupun telah distop beberapa hari yang lalu. Suplemen harian yang dikonsumsi, meskipin hanya kadang-kadang dan saat terakhir mengkonsumsinya Makanan, sabun, detergen, kosmetik yang baru digunakan Alergi yang telah diketahui .Penyakit kronis yang diderita seperti sakit ginjal,hati dan diabetes melitus.Bila dokter belum dapat menemukan faktor pencetus yang dapat menimbulkan urtika, anda mungkin disarankan untuk melakukan tes alergi. Bahkan dengan tes tersebut, terkadang belum dapat ditemukan faktor pencetusnya. Gejala dapat diobati dengan efektif. Beberapa obat yang dapat dipergunakan antara lain adalah antihistamin oral (lewat mulut). Obat ini dapat mengontrol gejala bagi sebagian besar orang, namun tidak menghilangkan penyebabnya. Beberapa obat ini dapat dibeli langsung di apotik dan beberapa perlu resep untuk membelinya. Kombinasi dari beberapa antihistamin dapat menghasilkan hasil yang lebih baik. Contoh antihistamin yang tidak menyebabkan kantuk antara lain Loratadine, Cetirizine. Antihistamin yang dapat menyebabkan kantuk antara lain CTM, difenhidramin. Jika antihistamin saja tidak mengurani gejala, pengobatan lain yang dapat dipergunakan adalah dengan kortikosteroid oral (lewat mulut) seperti prednison dapat mengurangi bengkak, kemerahan dan gatal, namun hanya diminum dalam jangka waktu sebentar saja untuk urtikaria yang berat dan angioedema karena prednison mempunyai efek samping yang cukup serius. Selain itu dapat dipakai adrenalin injeksi (suntik) untuk urtikaria yang berat dan angioedema yang berat.
Pencegahan
Hindari alergen yang diketahui. Termasuk beberapa makanan dan penyedap makanan, obat-obatan dan beberapa situasi seperti panas, dingin atau stres emosional. Membuat catatan. Mencatat kapan dan dimana urtikaria terjadi dan apa yang kita makan. Hal ini akan membantu anda dan dokter untuk mencari penyebab urtikaria.Bersihkan lingkungan sekitar sehingga dapat mengurangi paparan terhadap debu.

FISIKA

Kebisingan
1.      Sensorineural hearing loss
Pengertian
Gangguan pendengaran sensorineural (HPS) adalah jenis gangguan pendengaran di mana akar penyebab terletak pada saraf vestibulocochlear ( saraf kranial VIII), bagian dalam telinga , atau pusat-pusat pengolahan sentral dari otak . Gangguan pendengaran sensorineural dapat ringan, sedang, atau berat, termasuk tuli total.
Penyebab
Sebagian besar gangguan pendengaran sensorineural manusia disebabkan oleh kelainan pada sel-sel rambut dari organ Corti di koklea. Gangguan telinga ini juga bisa disebabkan akibat kebisingan di atas ambang batas yang terus menerus.
Gejala
Gejala-gejala termasuk tidak dapat mendengar nada tinggi, perlu meminta untuk mengulang kata-kata tertentu, TV keras dan volume suara radio dan karena gangguan pendengaran kegiatan fisik dan sosial juga dapat dipengaruhi yang bisa untuk lekas marah, kemurungan dan depresi.
Untuk mendiagnosa pendengaran sensorineural bisa berkonsultasi dengan dokter dan tes-tes akan mencakup CT scan, Magnetic Resonance Imaging.
Pengobatan
Untuk pengobatan sensorineural alat bantu dengar dan koklea implan sering digunakan. Mendengar bantuan adalah perangkat elektronik kecil yang diletakkan di belakang telinga. Komponen alat bantu dengar termasuk mikrofon kecil, yang mengumpulkan suara dan mengubahnya menjadi impuls listrik, penguat yang meningkatkan kekuatan dari impuls dan baterai untuk pasokan energi. Pengobatan lain yang tersedia adalah implan koklea ini berupa perangkat elektronik kecil yang kompleks ditanamkan di belakang telinga, perangkat ini langsung merangsang saraf pendengaran. Jenis pengobatan ini mengharuskan pasien untuk memiliki prosedur pembedahan dan terapi.
Pencegahan
1.      Pengendalian secara teknis
Meredam sumber bising dengan jalan memberi bantalan karet untuk mengurangi getaran peralatan dari logam, mengurangi jatuhnya
2.      Pengendalian secara administrative
Pengendalian ini meliputi rotasi kerja pada pekerja yang terpapar oleh kebisingan dengan intensitas tinggi ke tempat atau bagian lain yang lebih rendah, cara mengurangi paparan bising dan melindungi pendengaran.
3.      Pemakaian alat pelindung telinga
Pengendalian ini tergantung terhadap pemilihan peralatan yang tepat untuk tingkat kebisingan tertentu, kelayakan dan cara merawat peralatan.

Suhu
1.      Hipotermia
Pengertian
Hipotermia adalah kondisi darurat medis yang terjadi ketika tubuh kehilangan panas lebih cepat dari pada saat tubuh  menghasilkan panas sehingga suhu tubuh pun menjadi sangat  rendah. Penderita hipotermia suhu tubuhnya di bawah 36 derajat Celcius padahal suhu tubuh manusia normal adalah 37 derajat Celcius.

          Penyebab
Penyebab Hipotermia yakni pasti ada kontak dengan lingkungan dingin, ada gangguan penyakit yang tengah diderita, penggunaan obat - obatan ataupun alkohol serta radang pankreas.

Gejala dan Indikasi Penyakit Hipotermia:
1.    Gejala awal hipotermia apabila suhu kurang dari 36'C atau kedua kaki dan tangan terasa dingin.
2.    Gigi gemeretakan, merasa sangat letih dan mengantuk yang sangat luar biasa. Selanjutnya pandangan mulai menjadi kabur, kesigapan mental dan fisik menjadi lamban.
3.    Bila tubuh korban basah, maka serangan hiportemia akan semakin cepat dan hebat.
4.    Hipotermia menyerang saraf dan bergerak dengan pelan, oleh karena itu sang korban tidak merasa kalau dia menjadi korban hipotermia. Dari sejak korban tidak bisa menahan kedinginan sampai malah merasa kepanasan di tengah udara yang terasa membekukan, korban biasanya tidak sadar kalau dia telah terserang hipotermia.
5.    Dalam kasus penderita hipotermia yang sampai pada taraf  “paradoxical feeling of warmt” selain merasa kepanasan dia juga terkena halusinasi. 

Pencegahan:
1.    Pindahkan ke tempat kering yang teduh. Ganti pakaian basah dengan pakaian kering yang hangat, selimuti untuk mencegah kedinginan. Jika tersedia, gunakan bahan tahan angin, seperti alumunium foil atau plastik untuk perlindungan lebih lanjut. Panas tubuh dari orang lain juga bagus untuk diberikan, suruh seseorang melepas pakaian, dan berbagi pakai selimut dengan si korban. Jika penderita sadar, berikan minuman hangat jangan memberikan minuman alkohol. Segeralah cari bantuan medis.
2.    Bila kita melakukan kegiatan luar ruangan ( pendakian gunung khususnya ) pada musim hujan atau di daerah dengan curah hujan tinggi, harus membawa jas hujan, pakaian hangat ( jaket tahan air dan tahan angin ) dan pakaian ganti yang berlebih dua tiga stel, serta kaus tangan, kaus kaki dan topi ninja juga sangat penting. Perlengkapan yang tidak kalah pentingnya adalah sepatu pendakian yang baik dan dapat menutupi sampai mata kaki, jangan pakai sendal gunung atau bahkan jangan pakai sendal jepit.
3.    Bawa makanan yang cepat dibakar menjadi kalori, seperti gula jawa, coklat dll. Dalam perjalanan banyak “ngemil” untuk mengganti energi yang hilang.
4.    Bila angin bertiup kencang, maka segeralah memakai perlengkapan pakaian hangat, seperti jaket dan kaus tangan. Kehilangan panas tubuh tidak terasa oleh kita, dan tahu- tahu saja kita jatuh sakit.
Penanganan:
1.    Pindahkan penderita keluar dari dingin. 
Pindahkan penderita ke lokasi, hangat kering jika memungkinkan. Jika tidak dapat memindahkan penderita keluar dari dingin, sebaiknya melindunginya dari terpaan angin yang dingin.
2.    Memantau pernapasan.
 Seseorang dengan hipotermia berat dapat muncul sadar, tanpa tanda-tanda jelas dari pulsa atau pernapasan.Jika pernapasan seseorang telah berhenti atau muncul sangat rendah atau dangkal, mulai resusitasi cardiopulmonary (CPR) segera.
3.      Menyediakan minuman hangat. 
Tujuannya untuk membantu menghangatkan tubuh penderita.





BAB III
PENUTUP

3.1.  Simpulan
Berdasarkan teori HL Blum

3.2.  Saran
Ada beberapa saran yang perlu kami sampaikan kepada pihak – pihak terkait :
3.2.1.  Pemerintah perlu mensosialisakan mengenai perilaku hidup sehat yang harus dijalankan oleh masyarakat, terkait dengan munculnya berbagai penyakit berbasis lingkungan.
3.2.2.  Para cendikiawan, seyogyanya perlu melakukan penelitian lebih lanjut tentang pengaruh lingkungan terhadap munculnya berbagai penyakit baru.
3.2.3.  Sarjana Kesehatan Masyarakat perlu melakukan berbagai upaya tindakan preventif terhadap perkembangan penyakit berbasis lingkungan yang dapat diikuti oleh seluruh masyarakat.













DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Islamudin. 2011. Asma Akibat Kerja. http://internis.wordpress.com/2011/01/26/136/  diunduh pada tanggal 17 April 2013 pukul 16.00
Anonim. 2011. Gangguan Pendengaran Sensorineural. http://id.prmob.net/tunarungu/gangguan-pendengaran-sensorineural/koklea-implan-312600.html diunduh pada tanggal 17 April 2013 pukul 16.00
Anonim. 2012. Gangguan Pendengaran Akibat Kebisingan. http://aplikasiergonomi.wordpress.com/2012/06/10/gangguan-pendengaran-akibat-kebisingan-lingkungan-pekerjaan/ diunduh pada tanggal 17 April 2013 pukul 17.00
Anonim. 2010. Disfungsi Ereksi. https://id.wikipedia.org/wiki/Disfungsi_ereksi diunduh pada tanggal 17 April 2013 pukul 16.00
Anonim. 2010. Asma. http://id.wikipedia.org/wiki/Asma diunduh pada tanggal 17 April 2013 pukul 17.00
Anonim. 2012. Gangguan Pendengaran Akibat Kebisingan Lingkungan Pekerjaan.http://aplikasiergonomi.wordpress.com/2012/06/10/gangguan-pendengaran-akibat-kebisingan-lingkungan-pekerjaan/ diunduh pada tanggal 17 April 2013 pukul 18.00
Anonim. 2007. Penyakit Tuberkulosis. http://www.infopenyakit.com/2007/12/penyakit-tuberkulosis-tbc.html diunduh pada tanggal 17 April 2013 pukul 16.00
Anonim. 2010. Sindroma Goodpasture dan Sindroma Ginjal Paru. http://medicastore.com/penyakit/435/Sindroma_Goodpasture_Sindroma_Ginjal_Paru.html diunduh pada tanggal 17 April 2013 pukul 17.00
Anonim. 2012. Beban Penyakit Akibat Lingkungan Pemukiman Penyakit. http://www.jurnalmedika.com/edisi-tahun-2012/edisi-no-03-vol-xxxvii-2012/422-editorial/852-beban-penyakit-akibat-lingkungan-pemukiman-penduduk diunduh pada tanggal 17 April 2013 pukul 16.00
Galang, Riwa. 2012. Silikosis. http://riwadgalang.blogspot.com/2012/06/makalah-silikosis.html diunduh pada tanggal 17 April 2013 pukul 16.00
Medi. 2011. Sindrom Goodspasture. http://medisato.com/id/sindrom-goodpasture-gejala/ diunduh pada tanggal 17 April 2013 pukul 18.00
Priyana, Agus. 2008. Faktor Resiko  Influenza. http://eprints.undip.ac.id/16408/1/Agus_Priyana.pdf diunduh pada tanggal 17 April 2013 pukul 16.00
Prodia. 2010. Infertilitas.  http://prodia.co.id/penyakit-dan-diagnosa/infertilitas diunduh pada tanggal 17 April 2013 pukul 16.00
                                                                                                            

EKOLOGI KESEHATAN
PENYAKIT BERBASIS LINGKUNGAN


logoundip.jpg
 




KELOMPOK 9
Ida Mahfiroh                           25010112120057
Winda Asriyani                       25010112120058
Trifany Arlita P.                      25010112120059
Dwi Puji Lestari                      25010112120060
Yuli Fatmasari                         25010112120061
Sri Madinah                            25010112120062
Dewi Ekowati                         25010112120063

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2012

 
Copyright GLORY SHINE 2009. Powered by Blogger.Designed by Ezwpthemes .
Converted To Blogger Template by Anshul .