BAB
I
PENDAHULUAN
1.1.
LATAR BELAKANG
Aquired
Immunodeficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala penyakit yang
disebabkan menurunnya kekebalan tubuh oleh infeksi Human Immunodeficiency Virus
(HIV). Sejak pertama kali ditemukan pada tahun 1981 angka kejadiannya semakin
pesat.
Human
Immunodeficiency Syndrome (HIV) terutama menginfeksi sel limfosit CD4 sehingga
terjadi penurunan jumlah maupun fungsi limfosit CD4.. Limfosit CD4 merupakan
sel yang berfungsi sentral dalam sistem imun. Apabila terjadi destruksi pada
sel tersebut, dapat terjadi depresi sistem imun terutama imunitas selular.
Keadaan ini meningkatkan keretanan penderita terhadap infeksi oportunistik yang
merupakan faktor risiko mortalitas pada HIV/AIDS (Bartlett dan Gallant, 2001).
Nutrisi
berperan penting dalam perjalanan penyakit penderita HIV. Malnutrisi dapat
menekan fungsi imun dan dan meningkatkan kerentanan penderita terhadap infeksi
sehingga memperburuk kondisi penderita dan meningkatkan
progesivitaspenyakitnya. Perbaikan asupan dan status makronutrien dan
mikronutrien dapat membantu memperkuat dan meningkatkan fungsi sistem imun
manusia pada berbagai penelitian (Rundles, 2002; Buys dan Hussey, 2002;
Fernandes dkk, 2006)
Seng
(Zn) merupakan salah satu makronutrien yang berperan penting dalam fungsi
imunitas. Semua sel-sel imun menunjukkan penurunana fungsi pada keadaan
defisiensi Zn (Shankar dan Prasad, 1998; Prasad, 2002; Helge dan Rink, 2003).
Berbagai
penelitian yang telah dilakukan menunjukkan pada penderita HIV/AIDS didapatkan
kadar Zn yang rendah (Beach dkk, 1992; Koch dkk, 1996). Rendahnya kadar Zn
plasma pada penderita HIV berhubungan dengan jumlah limfosit CD4 yang lebih
rendah dan permulaanterjadinya infeksi oportunistik yang lebih cepat pada
penderita (Mocchegiani dkk, 2000; Visser, 2003; Helge dan Rink, 2004).
1.2.
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan
latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
a).
Bagaimana hubungan atau
korelasi antara asupan Zn dengan kadar Zn Plasma ?
b). Bagaimana korelasi
antara status gizi (IMT) dengan jumlah limfosit CD4?
c). Bagaimana efek langsung Zn terhadap HIV ?
d). Bagaimana Peran sel limfosit
CD4 pada sistem imun penderita HIV ?
e). Bagaimana pengaruh defisiensi
Zn terhadap respon imun penderita
HIVAids ?
1.3.TUJUAN
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini
adalah :
a). Untuk mengetahui korelasi asupan Zn dengan kadar
Zn plasma
b). Untuk mengetahui koelasi antara status gizi
dengan jumlah CD4
c). Untuk mengetahui efek langsung Zn terhadap
Penderita HIV
d). Untuk mengetahui peran sel
limfosit CD4 pada sistem imun penderita HIV
e). Untuk mengetahui pengaruh
defisiensi Zn terhadap respon imun penderita HIV
1.4.
MANFAAT
Dengan tugas ini diharapkan dapat menambah pengetahuan kepada mahasiswa sehingga mampu mengetahui
korelasi atau hubungan antara kadar Zn dengan penyakit HIV.
BAB II
LANDASAN TORI
2.1 Zn atau Seng
Zn
atau yang biasa disebut seng termasuk dalam kelompok zat gizi mikro yang mutlak
dibutuhkan tubuh dalam jumlah yang sangat kecil untuk memelihara kehiduoan yang
optimal. Seng terdapat dalam jumlah yang cukup banyak di dalam setiap sel,
kecuali sel darah merah dimana zat besi berfungsi khusus mengangkut oksigen.
Seng tidak terbatas fungsinya seperti zat besi dan kalsium.fungsi fisiologi
yang bergantung pada seng ialah pertumbuhan dan pembelahan sel, antioksidan,
perkembangan seksual, kekebalan seluler dan humoral, adaptasi gelap, pengecapan
serta nafsu makan.
Tubuh
mengandung 2-2,5 gram seng yang tersebar di hampir semua sel. Sebagian besar
seng berada di dalam hati, pankreas, ginjal, otot dan tulang. Jaringan yang
banyak mengandung seng adalah bagian-bagian mata, kelenjar prostat,
spermatozoa, kulit, rambut dan kuku. Di dalam cairan tubuh, seng terutama
merupakan ion intraselular. Seng di dalam plasma hanya merupakan 0,1% dari
seluruh seng di dalam tubuh yang mempunyai masa pergantian yang cepat.
2.1.1 Fungsi
Seng
Seng
memegang peranan esensial dalam banyak fungsi tubuh. Sebagai bagian dari enzim
atau sebagai kofaktor pada kegiatan lebih dari dua ratus enzim, seng berperan
dalam berbagai aspek metabolisme, seperti reaksi-reaksi yang berkaitan dengan
sintesis dan degradasi karbohidrat, protein, lipida dan asam nukleat. Sebagai
bagian dari enzim peptidase karboksil yang terdapat di dalam cairan pankreas,
seng berperan dalam pencernaan protein. Peranan penting lain adalah sebagai
bagian dari integral enzim DNA polimerase dan RNA polimerase yang diperlukan
dalam sintesis DNA dan RNA. Sebagai bagian dari enzim kolagenase, seng berperan
pula dalam sintesis dan degradasi kolagen. Dengan demikian, seng berperan dalam
pembentukan kulit, metabolisme jaringan ikat dan penyembuhan luka.
Seng
juga berperan penting dalam dalam sistem kekebalan dan terbukti bahwa seng
merupakan mediator potensial pertahanan tubuh terhadap infeksi. Limfo-penia,
konsentrasi dan fungsi limfosit T dan B menurun, menurunnya fungsi leukosit
seringkali ditemukan pada penderita defisiensi seng. Taraf darah seng yang
rendah dihubungkan dengan hipogeusia atau
kehilangan indra rasa, yang biasanya disertai penurunan nafsu makan dan hiposmia atau kehilangan indra bau.
Selain
itu, peranan sel juga terdapat dalam pengembangan fungsi reproduksi laki-laki
dan pembentukan sperma. Sebagai bagian berbagai enzim dehidrogenase, selain
berperan dalam metabolisme tahap pertengahan, seng berperan pula dalam
detoksifikasi alkohol dan metabolisme vitamin A. Retinal dehidrogenase di dalam
retina yang mengandung seng berperan dalam metabolisme pigmen visual yang
mengandung vitamin A. Di samping itu seng diperlukan untuk sintesis alat angkut
vitamin A protein pengikat retinol (Retinol
Binding Protein/RBP) di dalam hati. dengan terkaitnya seng dengan
metabolisme vitamin A, berarti seng terkait dengan berbagai fungsi vitamin A.
Seng
tampaknya juga berperan dalam metabolisme tulang, transpor oksigen, dan
pemunahan radikal bebas, pembentukan struktur dan fungsi membran serta proses
penggumpalan darah.Karena seng berperan dalam reaksi-reaksi yang luas,
kekurangan seng akan berpengaruh banyak terhadap jaringan tubuh terutama pada
saat pertumbuhan.
Bahan
Makanan Sumber Seng
JENIS
MAKANAN
|
KADAR
SENG (mg/kilogram basah)
|
Daging
sapi
|
10-43
|
Daging
ayam
|
7-16
|
Ikan
laut (cod)
|
4
|
Susu
|
3,5
|
Keju
|
40
|
Beras
|
13
|
Kelapa
|
5
|
Kentang
|
3
|
Sumber : Sandstrom,
Dietary pattern and zinc supply. Dalam Zinc in
human biology, CF Mills (ed). London : Springer Verlag, 1989 : 351.
Serealia
tumbuk dan kacang-kacangan juga merupakan sumber yang baik, namun mempunyai
ketersediaan biologik yang rendah.
2.1.2 Ekskresi
Seng
Seng
dikeluarkan tubuh terutama melalui feses. Disamping itu seng dikeluarkan
melalui urin, dan jaringan tubuh yang dibuang, seperti jaringan kulit, sel
dinding usus, cairan haid dan mani.
2.1.3 Akibat
Kelebihan Seng
Kelebihan
seng hingga dua sampai tiga kali AKG menurunkan absorpsi tembaga. Kelebihan
sampai sepuluh kali AKG mempengaruhi metabolisme kolesterol, mengubah nilai
lipoprotein dan tampaknya dapat mempercepat timbulnya aterosklerosis. Dosis
sebanyak 2 gram atau lebih dapat menyebabkan muntah, diare, demam, kelelahan
yang sangat, anemia dan gangguan reproduksi. Suplemen seng bisa menyebabkan
keracunan, begitu pun makanan yang asam dan disimpan di dalam kaleng yang
dilapisi seng.
2.1.4 Akibat
Kekurangan Seng
Defisiensi
seng dapat terjadi pada golongan rentan, yaitu anak-anak, ibu hamil dan
menyusui serta orang tua. Tanda-tanda kekurangan seng adalah gangguan pertumbuhan
dan pematangan seksual. Fungsi pencernaan terganggu, karena gangguan fungsi
pankreas, gangguan pembentukan kilomikron dan kerusakan permukaan saluran
cerna. Disamping itu dapat terjadi diare dan gangguan fungsi kekebalan.
Kekurangan seng kronis mengganggu pusat sistem saraf dan fungsi otak. Karena
kekurangan seng mengganggu metabolisme vitamin A, sering terlihat gejala yang
terdapat pada kekurangan vitamin A. Kekurangan seng juga mengganggu fungsi
kelenjar tiroid dan laju metabolisme, gangguan nafsu makan, penurunan ketajaman
indra rasa serta memperlambat penyembuhan luka.
2.2 Pengertian HIV
HIV adalah singkatan dari Human
Immunodeficiency Virus. HIV adalah nama virus yang menyebabkan AIDS. Jadi bisa
dibilang bahwa HIV adalah penyebab dan AIDS adalah akibatnya. Salah satu
penularan HIV adalah melalui hubungan seksual. Namun saat ini yang menjadi
penyebab penularan HIV adalah melalui jarum suntik pecandu heroin yang
digunakan secara bebas bergantian.
Virus HIV adalah retrovirus yang termasuk
dalam family lentivirus. Retrovirus mempunyai kemampuan menggunakan RNA-nya dan
DNA pejamu untuk membentuk virus DNA dan dikenali selam periode inkubasi yang
panjang. Seperti retrovirus yang lain, HIV menginfeksi tubuh dengan periode
imkubasi yang panjang (klinik-laten), dan utamanya menyebabkan munculnya tanda
dan gejala AIDS. HIV menyebabkan beberapa kerusakan system imun dan
menghancurkannya. Hal tersebut terjadi dengan menggunakan DNA dari CD4+ dan
limfosit untuk mereplikasi diri. Dalam prose itu, virus tersebut menghancurkan
CD4+ dan limfosit.
Secara structural morfologinya,
bentuk HIV terdiri atas sebuah silinder yang dikelilingi pembungkus lemak yang
melingkar-melebar. Pada pusat lingkaran terdapat untaian RNA. HIV mempunyai 3
gen yang merupakan komponen funsional dan structural. Tiga gen tersebut yaitugag, pol,
dan env. Gag berarti group antigen, pol mewakili
polymerase, dan env adalah kepanjangan dari envelope (Hoffmann,
Rockhstroh, Kamps,2006).
Gen gag mengode
protein inti. Gen pol mengode enzim reverse
transcriptase, protease, integrase. Gen env mengode
komponen structural HIV yang dikenal dengan glikoprotein. Gen lain yang ada dan
juga penting dalam replikasi virus, yaitu : rev, nef, vif, vpu, dan vpr.
2.3 AIDS
AIDS adalah sindrom
berupa gejala dan infeksi yang muncul karena terinfeksi virus HIV maupun virus
sejenis seperti SIV, FIV yang menyerang dan merusak sistem kekebalan
tubuh manusia sehingga melemah dalam melawan penyakit. Akibat kehilangan kekebalan
tubuh, penderita AIDS mudah terkena bebrbagai jenis infeksi bakteri, jamur,
parasit, dan virus tertentu yang bersifat oportunistik. Selain itu penderita
AIDS sering kali menderita keganasan,khususnya sarcoma Kaposi dan imfoma yang
hanya menyerang otak.
Saat seseorang
terinfeksi HIV sistem kekebalan tubuh akan mencoba melawan infeksi dengan
membentuk antibodi berupa molekul khusus yang seharusnya untuk melawan HIV
tetapi berbalik menyerang sistem kekebalan tubuh. Nah dari sini dapat
disimpulkan apa jadinnya ketika antibodi seharusnya menjadi pertahanan dalam
melawan penyakit tetapi berbalik menyerang dimana sistem kekebalan tubuh
seseorang tidak dapat lagi menjalankan fungsinya dalam memerangi infeksi dan
penyakit-penyakit, tentunya hal ini akan membuat tubuh menjadi lemah dan sangat
rentan terhadap infeksi oportunistik dan terkena penyakit HIV AIDS serta penyakit lainnya.
.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Hubungan Atau Korelasi
Antara Asupan Zn Dengan Kadar Zn Plasma
Defisiensi
zinc paling sering dievaluasi dengan mengukur kadar plasma. Meskipun seng
plasma merupakan reaktan fase akut yang dapat berubah dalam menanggapi
perubahan metabolik , kadar seng plasma bereaksi terhadap asupan makanan secara
cepat dan terukur ( Gershwin et al . 1985 , Tertarik 1990) . Kadar plasma
rendah seng telah diamati dalam penyakit bawaan seperti anemia sel sabit (
Ballester et al . 1986) , sindrom Down ( Licastro et al . 1992) dan
acrodermatitis enteropathica . Defisiensi zinc juga ditandai oleh aktivitas
thymulin menurun dan respon limfosit gangguan ke phytohemagglutinin ( Chandra
1980, 1997) . Defisiensi zinc telah diamati dalam kondisi yang diperoleh ,
termasuk sindrom malabsorpsi ( McClain 1985) , malnutrisi ( Tertarik 1990) ,
kanker ( Mocchegiani et al . 1994) , alkoholisme ( Zarski et al . 1987) ,
stadium akhir penyakit hati ( Pescovitz dkk 1996) . , uremia ( Mahajan et al .
1982) dan penyakit menular kronis dan akut seperti human immunodeficiency virus
( HIV ) 3 tipe 1 ( HIV - 1 ) infeksi ( Ripa dan Ripa 1995) . Demikian pula,
tingkat seng diubah dalam plasma , enzim dan neuron telah dibuktikan dalam
sejumlah gangguan dari sistem saraf pusat ( Ebadi et al . 1995) . Tingkat zinc
plasma yang rendah , baik bawaan atau diperoleh , berhubungan dengan kelainan
kekebalan tubuh, proses penyembuhan gangguan dan peningkatan kerentanan
terhadap infeksi .
3.2
Korelasi
Antara Status Gizi (IMT) Dengan Jumlah Limfosit CD4
Dalam
studi kedua, para peneliti mengamati efek suplemen zinc – yang dikenal
memainkan peran penting dalam fungsi kekebalan tubuh – pada pemulihan
kekebalan, atau peningkatan CD4 dengan penggunaan ART.
Bedasarkan
penelitian jumlah Limfosit T-CD4 tidak ada hubungannya dengan status gizi pada
penderita HIV. Hal tersebut didapatkan dengan menggunakan uji statistik
Kolmogorov-Smirnov. Konsep dasar dari uji normalitas Kolmogorov Smirnov adalah
dengan membandingkan distribusi data (yang akan diuji normalitasnya)
dengan distribusi normal baku. Distribusi normal baku adalah data yang
telah ditransformasikan ke dalam bentuk Z-Score dan diasumsikan
normal. Jadi sebenarnya uji Kolmogorov Smirnov adalah uji beda antara data
yang diuji normalitasnya dengan data normal baku.
3.3
Efek
Langsung Zn Terhadap HIV/AIDS
Zn adalah unsur esensial dalam tubuh
manusia, berfungsi secara biokimia sebagai konstituen dalam banyak metaloenzym
dengan fungsi katalitik, regulator, dan struktural. Banyak penyakit yang
berhubungan dengan kondisi kekurangan Zn seperti malfungsi metabolisme dan
genetik, malabsorpsi, sirosis liver, dan
kelainan gastrointestinal. Zn diperlukan dalam penyembuhan luka, pembentukan
kolagen dan mengatasi diare. Kadmium
(Cd) dan Merkuri (Hg) dikenal
sebagai spesies toksik. Hg yang menembus membran lambung dapat menyebabkan
diare. Cd dan Hg dapat memberikan efek toksik akut dengan cara menduduki posisi yang seharusnya
ditempati oleh Zn dalam enzim dan protein.
Zn adalah unsur esensial dalam tubuh
manusia. Recommended Dietary Allowance (RDA) Zn untuk orang dewasa di Amerika
adalah 15 mg per hari( Saghaie, 2006). RfD (Reference Dose) bagi Zn adalah 21
mg/ hari atau 0.3 mg/kg berat badan per hari (Goldhaber, 2003). Bentuk senyawa Zn yang digunakan sebagai
suplemen nutrisi adalah Zn sulfat, Zn klorida, Zn glukonat, Zn oksida, dan Zn
stearat. Zn (II) sulfat dipakai sebagai bahan untuk treatmen bagi individu yang
kekuragan Zn. Pemasukan Zn sulfat dalam tubuh cukup sedikit/ sulit sehingga
diperlukan dosis yang tinggi. Sayangnya hal ini akan akan menimbulkan efek
samping (Saghaie, 2006). Sejumlah informasi dari Situs Health Info
menjelaskan sejumlah survey berkaitan dengan biofungsi Zn. Di Nepal, sekitar
15.000 anak meninggal setiap tahunnya akibat diare. Untuk menekan angka
tersebut, dilakukan berbagai upaya. Salah satunya dengan mengkampanyekan
penggunaan suplemen Zn. Sementara itu kekurangan zinc (Zn) dapat mempengaruhi immune. Banyak jenis dari
cell-cell immune itu tampak tergantung pada zinc untuk fungsi optimalnya. Terutama pada anak-anak, para peneliti telah
mempelajari efek-efek dari kekurangan zinc (dan supplementasi zinc) pada respon
immune dan jumlah dari cell-cell darah putih, termasuk studi-studi khusus
mengenai T lymphocytes, macrophages, dan cell-cell B (semua jenis cell darah
putih). Kekurangan zinc telah
menunjukkan mampu mengurangi jumlah cell-cell darah putih dan respon immune,
sementara supplementasi zinc telah tampak mampu mengembalikan ke kondisi
normal.
Suplemen Zn mengurangi kejadian diare di
antara pengguna narkoba dengan HIV. Hal ini dikatakan oleh para peneliti dalam
International AIDS Conference (IAC).Diare secara terus- menerus mempengaruhi
sebagian besar pasien dengan HIV/AIDS, mengakibatkan kelainan penyerapan,
kehilangan berat badan dan penurunan ketahanan hidup. Dalam uji coba secara acak,
231 pengguna narkoba yang HIV-positif yang didiagnosis kekurangan Zn, diberikan suplemen Zn atau plasebo, 62,3% di antaranya
memakai terapi antiretroviral (ART). Laki-laki menerima 15 mg sementara
perempuan menerima 12 mg per hari selama satu tahun. Pemberian suplemen mengurangi kejadian diare
sebanyak 50%. Secara khusus, prevalensi diare adalah 14,1% pada penerima
suplemen zat Zn dan 29,3% pada pasien kelompok kontrol.Suplemen zat Zn memberi
manfaat yang bermakna bahkan setelah memperhitungkan faktor pembaur misalnya
ART, viral load dan jumlah CD4. Pemberian suplemen Zn adalah terapi tambahan
yang aman dan efektif untuk diare terkait HIV.
3.4
Peran Sel Limfosit Cd4 Pada Sistem Imun Penderita HIV/AIDS
Dalam system kekebalan tubuh yang
tanggung-jawab terhadap berfungsinya sistem kekebalan tubuh adalah sel darah
putih. Salah satu dari beberapa jenis sel darah putih adalah yang disebut
Limfosit (Lymphocyte). Sel CD4 adalah salah satu bentuk dari Limfosit
ini. Ada dua jenis sel Limfosit, yaitu Sel B (B-cells) dan Sel T
(T-cells). Disebut Sel B karena diproduksi sekaligus dimatangkan di Bone marrow
(sumsum tulang). Sel B akan menghasilkan antibody guna melawan patogen yang
memasuki tubuh manusia. Disebut Sel T karena produksinya di Bone marrow tetapi
pematangannya di kelenjar Thymus (T). Ada tiga kelompok Sel T, yaitu:
1. Helper
T-Cells yang disebut juga dengan nama Sel T4 atau CD4. Tugasnya adalah
mengkoordinir dan menggerakkan sel-sel kekebalan tubuh lainnya untuk menghancurkan
organisme penyebab penyakit yang masuk ke tubuh manusia.
2. Supressor
T-Cells dikenal juga dengan nama Sel T8 atau CD8 dengan tugas mengendalikan
unsur kekebalan tubuh yang lain sehingga tidak menyerang jaringan normal.
3. Killer
T-Cells disebut juga CTLs (Cytotoxic T-Lymphocytes) salah satu jenis sel T8
yang tugasnya mengenali dan merusak sel-sel abnormal atau yang terinfeksi.
Jumlah CD4 seseorang (jumlah sel-T CD4
per milimeter kubik darah) digunakan sebagai indikator sistem kekebalan tubuh.
Tidak semua orang memiliki jumlah yang sama. Pada orang sehat, ada semiliar
atau lebih limfosit-T CD4 dari berbagai jenis – yang masing-masing dirancang
hanya untuk mengenal satu jenis antigen tertentu.
Istilah ‘sel CD4’ sering digunakan untuk
menyederhanakan istilah ‘limfosit-T CD4 positif’ – yang secara teknis lebih
tepat, karena ada sel CD4 yang bukan limfosit-T. Namun, tulisan ini hanya
berkaitan dengan sel T. Limfosit-T sering kali dinamai sesuai dengan molekul
pada permukaannya. Limfosit-T CD4 adalah sel T dari sistem kekebalan yang
mempunyai molekul CD4 pada permukaannya; limfosit-T CD8 mempunyai molekul CD8.
Kedua sel ini memiliki reseptor pada permukaannya. Masing-masing memiliki
sekitar 10.000 atau lebih tiruan molekul reseptor antigen tertentu pada
permukaan selnya.
Diantara sel-sel sistem kekebalan tubuh manusia, maka
tanggung jawab sel-sel CD4 amat besar. Tugas mereka adalah mengatur
berfungsinya sistem kekebalan tubuh. Sel CD4 inilah yang memberi sinyal bahaya
dan selanjutnya menggerakkan sel-sel pertahanan tubuh yang lain untuk menyerang
intruder yang akan mengganggu tubuh manusia, misalnya virus dan bakteri. Bisa
dikatakan bahwa sel CD4 adalah jenderalnya sistem kekebalan tubuh.
CD 4 bisa dikatakan sebagai marker atau
penanda yang berada di permukaan sel-sel darah putih manusia, terutama sel-sel
limfosit. CD 4 pada orang dengan sistem kekebalan yang menurun menjadi sangat
penting, karena berkurangnya nilai CD4 dalam tubuh manusia menunjukkan
berkurangnya sel-sel darah putih atau limfosit yang seharusnya berperan dalam
memerangi infeksi yang masuk ke tubuh manusia. Pada orang dengan sistem
kekebalan yang baik, nilai CD4 berkisar antara 1400-1500. Sedangkan pada orang
dengan sistem kekebalan yang terganggu (misal pada orang yang terinfeksi HIV)
nilai CD 4 semakin lama akan semakin menurun (bahkan pada beberapa kasus bisa
sampai nol)
Dalam infeksi HIV, ketika jumlah CD4
menjadi rendah (terutama di bawah 200), beberapa ‘repertoar’ dari sel ini
menghilang. Hal ini tidak dapat pulih segera seperti halnya pertambahan jumlah
CD4 karena pengaruh obat antiretroviral (ARV). Akhirnya mungkin beberapa
repertoar dapat pulih secara alami. Sementara itu, sistem kekebalan tubuh tetap
bisa berfungsi dengan baik meskipun beberapa repertoarnya telah hilang.
HIV umumnya menulari sel CD4. Kode
genetik HIV menjadi bagian dari sel itu. Waktu sel CD4 menggandakan diri
(bereplikasi) untuk melawan infeksi apa pun, sel tersebut juga membuat tiruan
HIV. Setelah terinfeksi HIV dan belum mulai terapi antiretroviral
(ART), jumlah sel CD4 kita semakin menurun. Ini
tanda bahwa sistem kekebalan tubuh kita semakin rusak. Semakin rendah jumlah
CD4, semakin mungkin kita akan jatuh sakit.
Ada jutaan keluarga sel CD4. Setiap
keluarga dirancang khusus untuk melawan kuman
tertentu. Waktu HIV mengurangi jumlah sel CD4, beberapa keluarga dapat
diberantas. Kalau itu terjadi, kita kehilangan kemampuan untuk melawan kuman
yang seharusnya dihadapi oleh keluarga tersebut. Jika ini terjadi, kita mungkin
mengalami infeksi oportunistik.
Patogenesis
HIV/AIDS HIV menginfeksi sel dengan mengikat permukaan sel sasaran yang
memiliki reseptor membran CD4, yaitu sel T-helper (CD4+). Glikoprotein envelope
virus, yakni gp120 akan berikatan dengan
permukaan sel limfosit CD4+, sehingga gp41 dapat memperantarai fusi membran
virus ke membran sel. Setelah virus
berfusi dengan limfosit CD4+, RNA virus
masuk ke bagian tengah sitoplasma CD4+.
Setelah nukleokapsid dilepas, terjadi transkripsi terbalik (reverse
transcription) dari satu untai tunggal RNA menjadi DNA salinan (cDNA)
untai-ganda virus. cDNA kemudian
bermigrasi ke dalam nukleus CD4+ dan berintegrasi dengan DNA dibantu enzim HIV
integrase. Integrasi dengan DNA sel penjamu
menghasilkan suatu provirus dan memicu transkripsi mRNA. mRNA virus kemudian
ditranslasikan menjadi protein struktural dan enzim virus. RNA genom virus kemudian dibebaskan ke dalam
sitoplasma dan bergabung dengan protein inti.
Tahap akhir adalah pemotongan dan penataan protein virus menjadi segmen-
segmen kecil oleh enzim HIV protease.
Fragmen-fragmen virus akan dibungkus oleh sebagian membran sel yang
terinfeksi. Virus yang baru terbentuk (virion) kemudian dilepaskan dan
menyerang sel-sel rentan seperti sel CD4+ lainnya, monosit, makrofag, sel NK
(natural killer), sel endotel, sel epitel, sel dendritik (pada mukosa tubuh
manusia), sel Langerhans (pada kulit), sel mikroglia, dan berbagai jaringan
tubuh (Lan, 2006). Sel limfosit CD4+ (T
helper) berperan sebagai pengatur utama respon imun, terutama melalui sekresi
limfokin.
3.5
Defisiensi Zinc (Zn) Terhadap Respon Imun Penderita HIV/AIDS
Imunitas atau kekebalan
adalah sistem mekanisme pada organisme yang melindungi tubuh terhadap pengaruh
biologis luar dengan mengindentifikasi dan membunuh patogen serta sel tumor.
Sistem ini mendeteksi berbagai macam pengaruh biologis luar yang luas,
organisme akan melindungi tubuh dari infeksi, bakteri, virus sampai cacing
parasit. Serta menghancurkan zat-zat asing lain dan memusnahkan mereka dari sel
organisme yang sehat dari jaringan agar tetap dapat berfungsi seperti biasa.
Defisiensi Imun
muncul ketika satu atau lebih komponen sistem Imun tidak aktif, kemampuan
sistem Imun untuk merespon patogen berkurang pada baik golongan muda dan
golonga tua, respon imun berkurang pada usia 50 tahun, respon juga dapat
terjadi karena penggunaan Alkohol dan narkoba adalah akibat paling umum dari
fungsi imun yang buruk, namun, kekurangan nutrisi adalah akibat paling umum
yang menyebabkan difisiensi imun di negara berkembang. Diet kekurangan cukup
protein berhubungan dengan gangguan imunitas selular, aktivitas komplemen,
fungsi fagosit, konsentrasi antibody, IgA dan produksi sitokin, Defisiensi
nutrisi seperti zinc, Selenium, zat besi, tembaga, vitamin A, C, E, B6 dan asam
folik (vitamin B9) juga mengurangi respon imun.
Difisiensi imun juga dapat didapat dari chronic granulomatus disease
(penyakit yang menyebabkan kemampuan fagosit untuk menghancurkan fagosit
berkurang), contohnya: Aids dan beberapa tipe kanker.
Berat badan
adalah salah satu parameter yang memberikan gambaran masa tubuh. Masa tubuh
sangat sensitif terhadap perubahan yang mendadak, misalnya karena terserang
penyakit infeksi, menurunnya nafsu makan atau menurunnya jumlah makanan yang
dikonsumsi (Supariasa, 2002). Hasil uji statistik menunjukkan bahwa pada
kelompok perlakuan antara sebelum dan sesudah pemberian zinc menunjukkan ada
perbedaan bermakna pada berat badan (p=0,030), sedangkan pada kelompok kontrol
antara sebelum dan sesudah pemberian zinc menunjukkan tidak ada perbedaan
bermakna pada berat badan (p=0,839).
Defisiensi zinc
biasanya diikuti dengan perubahan kemampuan ketajaman rasa dan bau, dan juga
melalui anoreksia dan kehilangan berat badan. Pada level yang lain, zinc
berpartisipasi dalam sintesis DNA dan RNA, yang akhirnya berkaitan dengan
pembelahan sel, deferensiasi chondrocytes, osteoblas dan fibroblast, traskripsi
sel, sintesis somatomedinc, collagen, osteocalcin, dan alkalin phosphatase.
Alkalin phosphatase dihasilkan dalam osteoblas dan memberikan simpanan kalsium
pada diafise tulang. Zinc juga berparan dalam metabolisme karbohidrat, lipid
dan protein yang selanjutnya akan mengarah pada utilisasi makanan dengan baik
(Riyadi, sitasi 2011).
Zinc yang
dikonsumsi dapat berfungsisecara optimal dalam tubuh apabila nilai albumin
plasma cukup. Nilai albumin dalam plasma merupakan penentu utama absorbs zinc.
Albumin merupakan alat transport utama zinc. Absorpsi zinc menurun bila nilai
albumin darah menurun (Almatsier, 2009). Dari uraian di atas peneliti
menyimpulkan bahwa pemberian suplementasi zinc pada penderita HIV/AIDS dapat
meningkatkan berat badan, melalui peningkatan asupan zat gizi yang lebih baik.
Penganggulangan
malnutrisi pada HIV/AIDS lebih mengacu pada mempertahankan kondisi tubuh agar
tetap seperti sebelumnya, akan tetapi penderita HIV/AIDS sangatlah sulit untuk
mendapatkan kecukupan nutrsi. Protein dan energi yang merupakan salah satu
kebutukan mendasar tubuh juga tidak mudah untuk bisa diterima dengan mudah
karena banyaknya masalah-masalah dalam tubuh yang membuatnya terhalangi untuk
memasuki tubuh' Ada beberapa penanggulangan kepada penderita HIV/AIDS mungkin bias memberikan pencegahan dalam
menurumya kondisi tubuh.
Penanggulangamya antara lain,
Ø Multivitamin
Sebuah uji coba
yang melibatkan ribuan perempuan fllV positif hamil di Tanzania menemukan bahwa
multivitamin sehari-hari sangat bermanfaat bagi ibu dan bayi mereka. Setelah
empat tahun, multivitamin temyata dapat mengurangi risiko perempuan terhadap
HIV/AIDS dan resiko kenatian sekitar 30%. Sebuah uji coba besar di Thailand
juga menemukan baHIVa multivitamin menyebabkan kematian lebih sedikit, terapi
hanya antara orang-orang pada tahap lanjut penyakir HIV/AIDS
Ø Konseling Gizi
Konseling gizi
mungkin termasuk pendidikan yang baik bagi para pnderita HIV/AIDS. seperti topic
konseling berikut ini:
a.
Mencapai atau mempertahankan
berat badan orang sehat
b.
Mengelola kelainan lipid dan
Iipod1,stoph1
c.
Mengelola komplikasi diet
berhubungan dengan pengobatan antiretroviral
d.
Mengelola gejala -vang dapat
mempengaruhi asupan makanan
e.
Tepat penggunaan suplemen
herbal dan I atau gizi
f.
Peran latihan
g.
Keamanan pangan (penting untuk
mencegah infeksi oporlunistik )
Ø Makanan Sehat
a.
Kembangkol, tinggi
kandungan Zn, Fe, Mn, Se untuk mengatasi dan mencegah defisiensi zat gizi mikro
dan untuk pembentukan CD4
b.
Sayuran hijau dan
kacang-kacangan, mengandung vitamin neurotropik Bl, 86, Bl2 dan zat gizi mikro
yang berguna untuk pembentukan CD4 dan pencegahan anemia.
c.
Tempe atau produknya
mengandung protein dan vitamin Bl2. Untuk mencukupi kebutuhan odha dan
mengandung bakterisida yang dapat mengobati dan mencegah diare.
d.
Kelapa dan produknya
dapat memenuhi kebutuhan lemak sekaligus sebagai sumber energy karena
mengandung MCT (metlium chain trigliseride) yang mudah diserap dan tidak
menyebabkan diare.
e.
Wortel mengadung
beta-karoten yang tinggi sehingga dapat meningkatkan daya tahan tubuh juga
sebagai bahan pembentuk CD4.
f.
Vitamin E bersama
dengan vitamin C dan beta-karoten berfungsi sebagai anti radikal bebas. Seperti
diketahui akibat perusakan oleh HIV pada sel-sel maka tubuh menghasilkan
radikal bebas.
Penanggulangan diatas sebenamya belum
bisa menjadi
dasar mangatasi malnutrisi pada penderita HIV/AlDS. HIV/AIDS penyakit yang sangar komplek dan hingga saat
ini belum ditemukan cara pengobatan yang bias menyembuhkan HIV/AIDS secara
sempurna.
BAB 1V
PENUTUP
4.1
KESIMPULAN
Zn atau yang biasa disebut seng termasuk dalam
kelompok zat gizi mikro yang mutlak dibutuhkan tubuh dalam jumlah yang sangat
kecil untuk memelihara kehidupan yang optimal. Fungsi fisiologi yang bergantung
pada seng ialah pertumbuhan dan pembelahan sel, antioksidan, perkembangan
seksual, kekebalan seluler dan humoral, adaptasi gelap, pengecapan serta nafsu
makan. Seng juga berperan penting dalam dalam sistem kekebalan dan terbukti
bahwa seng merupakan mediator potensial pertahanan tubuh terhadap infeksi.
Defisiensi zinc paling sering dievaluasi dengan
mengukur kadar plasma. Kadar plasma rendah seng telah diamati dalam penyakit
bawaan seperti anemia sel sabit ( Ballester et al . 1986). Tingkat zinc plasma
yang rendah , baik bawaan atau diperoleh , berhubungan dengan kelainan
kekebalan tubuh, proses penyembuhan gangguan dan peningkatan kerentanan
terhadap infeksi.
Berdasarkan
penelitian jumlah Limfosit T-CD4 tidak ada hubungannya dengan status gizi pada
penderita HIV. Hal tersebut didapatkan dengan menggunakan uji statistik
Kolmogorov-Smirnov. Patogenesis HIV/AIDS HIV menginfeksi sel dengan mengikat
permukaan sel sasaran yang memiliki reseptor membran CD4, yaitu sel T-helper
(CD4+).
Defisiensi Imun muncul ketika satu atau lebih
komponen sistem Imun tidak aktif, kemampuan sistem Imun untuk merespon patogen
berkurang pada baik golongan muda dan golonga tua, respon imun berkurang pada
usia 50 tahun, respon juga dapat terjadi karena penggunaan Alkohol dan narkoba
adalah akibat paling umum dari fungsi imun yang buruk.
Ada beberapa penanggulangan kepada penderita
HIV/AIDS lang mungkin bias memberikan pencegahan dalam menurumya kondisi tubuh.
Penanggulangamya antara lain : Multivitamin, Konseling Gizi, Makanan sehat.
Penanggulangan diatas sebenamya belum bisa menjacli dasar mangatasi malnutrisi
pada penderita HIV/AlDS. HIV/AIDS .nempakan penyakit yang sangar komplek dan
hingga saat ini belum ditemukan cara pengobatan yang bias menyembuhkan HIV/AIDS
secara sempuma.
4.2 SARAN
-
Diharapkan bagi
petugas kesehatan untuk dapat melakukan sosialisasi kepada masyarakat terkait
akibat kekurangan maupun kelebihan Zn bagi tubuh
-
Bagi penderita HIV
/ Aids sangat disarankan untuk mengkonsumsi bahan makanan yang mengandung Zn
untuk menghindari defisiensi yang akan bberpengaruh terhadap imun, seperti
daging sapi, daging ayam, ikan laut, susu, keju, kentang, beras, dan lain lain
-
Pada penderita HIV/
AIDS , sangat disarankan untuk mengkonsumsi multivitamin serta makanan –
makanan sehat yang berguna untuk menanggulangi terjadinya malnutrisi
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier,
Sunita. 2007. Prinsip Dasar Ilmu Gizi.
Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
Anwar,Saiful.2009.Evaluasi
Jumlah Sel T-CD4 dan Berat Badan Anak dengan HIV/AIDS
yang Mendapatkan Antiretro Virus:Malang.
Barlett
J.G.,Gallant J.E. (2001)
Natural History and classification, dalam
Medical management of HIV infection
(editor Barlett J.G.) 2nd ed., hal 1-4. John
Hopkins University,
Baltimore.
Budiasih,Kun Sri.2011.Intereferensi
Ion cd (II) dan Hg (II) Terhadap Biofungsi Persenyawaan
Zn (II) pada Tubuh Manusia.Yogyakarta:FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta.
Rundles
S.C. (2002) Evaluation of the Effect of Nutrients on Immune Function, dalam
Nutrition and Immune Function
(editor Cadler P.C., Field C.J., dan Gill
H.S.), hal: 21-39. CABI Publishing, New York.
Sadewa ,sukma.Pengaruh
Pemberian Zinc Terhadap Perbedaan Peningkatan Status
Gizi Pada Pasien HIV/AIDS.Surabaya:Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya.
Shankar
AH, Prasad AS. 1998. Zinc and immune
function : the biological basis of altered resistance to
infection. Am J Clin Nutr 68(suppl):447S-63S.
Solomons
NW. 1993. Zinc. Dalam : Macrae R, Robinson RK, Sadler MJ, eds. Encyclopedia of food science,
food technology and nutrition, vol. 7.
London
: Academic Press 4980-94.
2 komentar:
Bosan tidak tahu mau mengerjakan apa pada saat santai, ayo segera uji keberuntungan kalian
hanya di D*EW*A*P*K / pin bb D87604A1
dengan hanya minimal deposit 10.000 kalian bisa memenangkan uang jutaan rupiah
dapatkan juga bonus rollingan 0.3% dan refferal 10% :)
ingin mendapatkan uang banyak dengan cara cepat ayo segera bergabung dengan kami di f4n5p0k3r
Promo Fans**poker saat ini :
- Bonus Freechips 5.000 - 10.000 setiap hari (1 hari dibagikan 1 kali) hanya dengan minimal deposit 50.000 dan minimal deposit 100.000 ke atas
- Bonus Cashback 0.5% dibagikan Setiap Senin
- Bonus Referal 20% Seumur Hidup dibagikan Setiap Kamis
Ayo di tunggu apa lagi Segera bergabung ya, di tunggu lo ^.^
Posting Komentar